Ilustrasi warga Hong Kong. Foto: Getty Images/Sawayasu Tsuji |
Menyusul kabar serupa di Jepang dan Korea Selatan, kini giliran Hong Kong diterpa kabar banyak warganya yang ogah mempunyai anak. Anggota parlemen DAB Nixie Lam menegaskan, pemerintah bisa berusaha lebih keras untuk membantu warga bereproduksi.
Pasalnya, perempuan di Hong Kong umumnya membutuhkan waktu terlalu lama untuk mendapatkan perawatan kesuburan dalam sistem kesehatan masyarakat.
"Di Hong Kong, kemungkinan Anda akan berusia pertengahan 30-an sebelum Anda siap untuk memiliki bayi," kata Lam, dikutip dari rthk.hk, Minggu (21/5/2023).
Hal itu diungkapkannya dalam sesi tanya jawab di Dewan Legislatif, sekaligus menyinggung maraknya kekhawatiran akan biaya perawatan yang mahal, seperti IVF (bayi tabung) di sektor swasta.
"Waktunya pada dasarnya tertunda untuk wanita karena ada fokus pada karier, lalu mencari pasangan dan menikah," beber Lam lebih lanjut.
"Namun, banyak negara lain berbuat lebih banyak untuk membantu pasangan. Saya pikir mungkin ada kebijakan untuk mendukung perempuan untuk memiliki fleksibilitas yang lebih baik dalam keputusan mereka, dan pendidikan dini di usia 20-an untuk melakukan pemeriksaan tubuh untuk memastikan bahwa tubuh mereka sehat," imbuhnya.
Menurutnya, sangat disayangkan bagaimana pemerintah telah mengindikasikan bahwa pihaknya tak akan campur tangan dalam keluarga berencana. Padahal, wanita membutuhkan bantuan kesuburan, sementara publik seringkali terlambat membantu.
"Kalau ke klinik swasta, tidak perlu menunggu IVF," kata Lam.
"Anda dapat segera menemui dokter Anda. Tetapi di rumah sakit umum, Anda harus menunggu 18 bulan untuk menemui dokter. Penantian itu menurunkan peluang Anda untuk memiliki bayi," sambungnya.
Menurut Lam, warga membutuhkan terlalu banyak formulir yang tidak perlu dikumpulkan pemerintah, sehingga proses pelayanan semakin panjang. Padahal, semakin banyak dukungan dari pemerintah, akan semakin banyak perempuan mempertimbangkan untuk memiliki anak lebih awal.
"Wanita Hong Kong sangat berorientasi pada karier," katanya.
"Tetapi lebih banyak fleksibilitas dari pemberi kerja, seperti mengizinkan kerja paruh waktu atau membantu fasilitas penitipan anak, akan berguna," pungkas Lam.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Warga Hong Kong Buka-bukaan Alasan Lebih Pilih Karier, Sesusah Ini Punya Anak"