Potret kualitas udara buruk akibat polusi di DKI Jakarta. (Foto: detikHealth/AN Uyung Pramudiarja) |
Polusi udara menjadi masalah lingkungan yang bisa berdampak pada kesehatan manusia. Terlebih beberapa hari belakangan ini, kualitas udara di Jakarta hingga Tangerang Selatan terpantau sedang tidak baik-baik saja.
Berdasarkan laman IQ Air, indeks kualitas di kedua wilayah tersebut menunjukkan indikasi tidak sehat. Pada Senin siang (29/5/2023) pukul 13.40 setempat, indikasi udara di Jakarta berwarna merah dengan indeks angka 154. Begitu juga dengan wilayah Tangerang Selatan menunjukkan angka 178 untuk nilai indeks udara. Meskipun begitu, indeks ini bisa berubah seiring waktu.
Hal ini tentunya sangat berbahaya untuk kesehatan, terutama organ paru-paru. Menurut Kelompok Kerja Asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis), Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Triya Damayanti, PhD, SpP(K), polusi udara yang buruk menjadi salah satu faktor risiko PPOK.
Namun, faktor polusi udara ini tak serta-merta sehari atau dua hari langsung menyebabkan PPOK. dr Triya menyebut, perlu waktu lama untuk memicu penyakit tersebut.
"Kita tau resiko PPOK adalah polusi udara. polusi udara kaitannya dengan Jakarta memang sering terjadi polusi karena sering macet," imbuhnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (29/5/2023).
Lebih lanjut, dr Triya menyebut faktor risiko ini dapat dihindari dan dikendalikan. Begitu juga penyakit PPOK pun bisa dicegah apabila faktor risikonya bisa dikendalikan oleh diri kita sendiri.
"Kalau misalnya setiap hari harus berkendara atau terpapar polusi udara, dia harus ada tindakan seperti menggunakan masker, kemudian mengurangi pajanan polusi seperti mengurangi tempat-tempat yang banyak asap motor polusinya banyak. Itu yang harus dimodifikasi. Jadi terhadap diri masing-masing harus menjaga sehingga bisa terhindar dari faktor risiko yang memicu penyakit ppok," ucapnya lagi.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Polusi di DKI dan Sekitarnya Lagi Tinggi, Dokter Paru Ingatkan Dampak Kronis"