Bantuan RI untuk Gaza. (Foto: Pool) |
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa pemerintah bakal mengirimkan bantuan untuk warga Jalur Gaza dalam dua gelombang. Bantuan gelombang pertama yang sudah dikirim pada Sabtu (4/11) berupa obat-obatan, alat kesehatan, hingga penjernih air dengan total berat 7 ton.
Bantuan tersebut dikirim bersamaan dengan paket bantuan gelombang pertama seberat total 51,1 ton dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertahanan, Palang Merah Indonesia (PMI), dan masih banyak lainnya.
"Kami kasih bantuan 7 ton yang utamanya yang paling penting itu penjernih air minum nggak pakai listrik. Karena sekarang kan nggak ada listrik dan kekurangan air," ujar Menkes Budi dikutip dari Antara, Minggu (5/11/2023).
Menkes Budi menuturkan bahwa bantuan untuk warga Gaza gelombang kedua akan segera dikirim dalam waktu tiga pekan.
"Ada bantuan tahap keduanya. Rencananya mungkin dekat 2 juta Dollar AS. Itu alat kesehatan untuk rumah sakit, itu yang gede-gede yang mahal itu," pungkasnya.
Pakar PBB Pedro Arrojo mengungkapkan bahwa saat ini tengah terjadi masalah kekurangan air bersih di Gaza. Pedro menuturkan bahwa ratusan ribu orang yang ada di daerah tersebut meminum air yang tidak sehat untuk bertahan hidup.
"Orang-orang yang tewas dalam pengeboman akan dimasukkan dalam statistik. Namun mereka yang sakit karena meminum air yang tidak aman akan tetap berada dalam bayang-bayang," ujar Pedro dikutip dari AA.
Menurut UNICEF, 96 persen air dari satu-satunya akuifer yang ada di Gaza sudah terkontaminasi dan tidak layak dikonsumsi manusia. Gaza memiliki tiga sumber air utama yaitu akuifer, pabrik desalinasi, dan jaringan pipa yang terhubung ke Israel.
Untuk mengatasi krisis air, banyak dari warga Gaza mengonsumsi air asin yang didapatkan melalui sumur. Air ini dapat menyebabkan masalah kesehatan masyarakat seperti muntah atau diare yang bisa memperburuk kondisi dehidrasi atau masalah ginjal.
"Meminum air ini bisa membuat Anda muntah, tapi jika tidak, Anda bisa mati dalam lima atau enam hari," ujarnya.
Sebagian besar air minum bersih berasal dari pabrik desalinasi. Namun, kurangnya pasokan listrik dan bahan bakar akibat blokade Israel membuat pabrik tersebut beroperasi dengan kapasitas minimal.
"Memutus jalur energi berarti memutus jalan air," pungkas Pedro.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kemenkes RI Kirim 7 Ton Bantuan ke Gaza, Termasuk Penjernih Air Tanpa Listrik"