Ilustrasi 'cacar monyet' Mpox. (Foto: Getty Images/JUN LI) |
Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky budiman menilai kemungkinan besar munculnya satu kasus kematian 'cacar monyet' Mpox menjadi pertanda jumlah pasien di Indonesia jauh lebih banyak dari yang terlaporkan. Seperti diberitakan sebelumnya, satu kasus Mpox dilaporkan meninggal pada Kamis pagi (23/11/2023) dengan riwayat komorbid berat, mengalami komplikasi di paru-paru.
"Iya adanya kematian satu kasus saja itu sudah mengindikasikan kuat bahwa kasus infeksi yang terjadi di kelompok berisiko ini, populasi kunci ini, sudah di atas seribuan. Karena case fatality rate dari Mpox untuk clade 2 ini yang saat ini mendominasi di dunia juga Indonesia, cenderung di bawah 1 persen, bakhan mendekati 0,1 persen," prediksinya, saat dihubungi detikcom Senin (27/11).
Lantaran angka kematian terbilang rendah, laporan kasus fatal lebih mungkin dilaporkan saat jumlah pasien terlampau banyak. Menurut Dicky, banyak kasus yang tidak teridentifikasi di tengah sulitnya mengajak populasi berisiko untuk terbuka.
Bila tidak kunjung ditemukan, potensi transmisi atau penularan bakal terus meluas. Bahkan, tidak akan hanya menyebar di populasi kunci seperti lelaki seks lelaki (LSL), hingga biseksual, tetapi mulai ditemukan pada populasi umum.
Terlebih, saat infeksi Mpox mulai tercatat di kelompok anak yang memiliki risiko tinggi mengalami gejala berat berujung fatal.
"Ini artinya, kita tidak bisa main-main dengan kasus seperti ini, hanya karena sekarang berkembang di populasi kunci," tandasnya.
"Potensi menyebabkan kematian pada kelompok anak sangat tinggi, termasuk di kelompok kunci tadi, kalau ini mengenai orang dengan komorbid khususnya daya tahan tubuh misalnya HIV-AIDS, dengan tentu masalah imunitas yang sangat buruk berpotensi mengalami fatalitas," sebut dia.
Pemerintah diimbau Dicky untuk terus melakukan tracing dan vaksinasi secara masif dengan melibatkan non governmental organization (NGO) yang secara aktif berkontak dengan populasi kunci. Isolasi pasien juga perlu dilakukan secara disiplin.
"Kita perlu mengupayakan para stakeholder-stakeholder melibatkan, ataupun menjangkau outbreak,populasi kunci tadi dengan melibatkan kelompok yang selama ini aktif menjangkau mereka, di sisi lain mengurangi juga stigma, sehingga tidak menghalangi dan menghambat akses informasi
"Termasuk juga meningkatkan kemauan, keterbukaan, dari kelompok kunci itu sendiri, untuk mengakses layanan kesehatan," pungkasnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan RI melaporkan penambahan kasus 'cacar monyet' Mpox. Hingga Sabtu (25/11/2023) total pasien sudah mencapai 59 orang, kian mendekati 60 kasus. Ada dua kasus baru yang teridentifikasi di DKI Jakarta hingga Kabupaten Bogor. Sejauh ini di luar provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat mencatat kasus Mpox terbanyak.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "DKI Catat 1 Kematian 'Cacar Monyet', Ahli Yakin Kasus Mpox Sudah di Atas Seribu!"