Hagia Sophia

15 December 2023

Situs Benteng Tertua di Dunia Ditemukan Arkeolog

Foto: Newsweek

Situs benteng tertua di dunia ditemukan oleh arkeolog dan ditemukan banyak kejanggalan di dalamnya. Dikutip detikINET dari Newsweek, Selasa (12/12/2023), tim ilmuwan dibentuk untuk meneliti situs di Siberia Barat yang kemudian dinamai Amnya.

Situs ini merupakan benteng dari zaman batu yang berdiri di paling utara Eurasia. Ini adalah satu dari beberapa benteng, terdiri dari palisade, parit, dan tepi, yang ilmuwan asumsikan terlalu canggih untuk dibangun oleh pemburu-pengumpul, yang hidup beberapa ribu tahun silam.

Menurut riset yang terbit di jurnal Antiquity, Amnya pertama kali dibangun sekitar 8.000 tahun silam di saat penduduk setempat masih aktif memburu, memancing ikan, dan mengumpul. Dengan begitu, penemuan ini mengindikasikan bahwa pemburu-pengumpul di taiga Siberia Barat telah mampu membangun struktur pertahanan diri yang kompleks di sekitar pemukiman mereka. Pasalnya, Benteng ini dibangun berabad-abad lalu sebelum teknologi serupa ditemukan di Eropa.

Temuan itu pun berpotensi mengguncang sejarah manusia, bahwa pemburu dan pengumpul ternyata telah mampu membangun benteng semacam itu. Sebelumnya, bidang ilmu arkeologis berpendapat bahwa ada hubungan antara perkembangan kompleksitas sosial dan politik dengan emergensi masyarakat agraris. Ini termasuk pembangunan permanen, seperti benteng pemukiman di Amnya.

"Namun, pemikiran tersebut mengabaikan inovasi dari pemburu-pengumpul yang menempati taiga Siberia 8.000 tahun lalu, termasuk pembangunan beberapa situs benteng tertua di dunia," tulis para penulis di dalam risetnya.

Telah lama para penjelajah mengobservasi bangunan benteng di seluruh dunia, di beragam macam wilayah, dari masa pra sejarah hingga seterusnya. Namun, apa yang terjadi di Siberia barat ini sangat berada di luar dugaan. Para arkeolog dari Universitas Bebas Berlin di Jerman, telah melakukan kerja lapangan di situs Amnya pada tahun 2019.

"Melalui pengujian arkeologis mendetail pada Amnya, kami mengumpulkan sampel untuk penanggalan radiokarbon, mengkonfirmasi usia prasejarah situs sekaligus menjadikannya benteng tertua dari yang pernah diketahui," ujar Tanja Schreiber, arkeolog di Institut Arkeologi Prasejarah di Universitas Bebas sekaligus penulis riset.

Penemuan mereka mengungkap bahwa penduduk prasejarah di Siberia barat memiliki gaya hidup rumit, yaitu mengeksploitasi sumber daya di taiga. Mereka menangkap ikan dari sungai Amnya dan memburu binatang, seperti rusa dan rusa kutub, menggunakan tulang dan batu sebagai tombak berujung. Mereka bahkan membuat tembikar terdekorasi yang rumit untuk menampung minyak ikan dan dagingnya.

"Bagi kita, lingkungan Siberi barat kelihatannya rumit dan tidak ramah. Tapi bagi para pemburu-pengumpul dan pemancing, itu adalah surga yang sebenarnya," kata Ekaterina Dubovtseva, ilmuwan di Institut Sejarah dan Arkeolog di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia sekaligus penulis riset.

Sumber daya alam yang berlimpah di taiga Siberia, termasuk penangkapan ikan tahunan dan migrasi binatang, memainkan peran penting dalam mempengaruhi konstruksi benteng pemukiman oleh pemburu-pengumpul.

Pemukiman mereka menghadap ke sungai sebagai lokasi strategis untuk mengontrol dan memanfaatkan lokasi pemancingan produktif. Kompetisi atas sumber daya di antara pemburu-pengumpul di area tersebut mampu mendorong mereka membentengi pemukiman. Saat benteng-benteng tersebut muncul, populasi mereka terus meningkat.

Situs Amnya terdiri atas palisade kayu, tepian, parit, dan bukti keberadaan tempat tinggal jangka panjang. Para ilmuwan juga mendokumentasikan bukti yang menunjukkan bahwa pemukiman tersebut beberapa kali dihancurkan oleh api, sebuah fenomena yang terjadi di situs lainnya dan diperkirakan berhubungan dengan konflik kekerasan.

Penemuan di Amnya dan situs serupa di wilayah tersebut menunjukkan sebuah teknik arsitektur dan kapabilitas pertahanan yang tinggi. Di lain sisi, hanya masyarakat pertanian yang dipercaya memiliki pemukiman permanen dengan dilengkapi struktur pertahanan.

Penemuan dari Siberia ini sejalan dengan situs Gobekli Tepe di Turki, yang menunjukkan bahwa masyarakat yang berkembang dari kelompok pemburu-pengumpul sederhana menjadi agrikultur yang kompleks bisa mengambil jalur yang berbeda.

"Sekarang kita bisa melihat bahwa ada banyak masyarakat di catatan arkeologis sebagai pemburu-pengumpul, tapi memiliki banyak hal yang diasumsikan sebagai milik kelompok petani," kata arkeolog Graeme Barker dari Universitas Cambridge.




























Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Benteng Tertua Dunia Ditemukan, Bisa Guncang Sejarah Manusia"