Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Liderina) |
Kasih sayang orang tua terhadap anak tidak mengenal batas dan syarat. Kendati demikian, terkadang anak bisa salah memaknai perkataan atau bentuk perhatian dari orang tua.
Pakar parenting dari Harvard sekaligus penulis buku 'When Achievement Culture Becomes Toxic - And What We Can Do About It', Jennifer B Wallace mengungkapkan cara orang tua berbicara bisa saja menimbulkan persepsi yang salah pada anak. Misalnya, orang tua mungkin percaya usaha lebih penting daripada hasil, namun kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan hal tersebut terkadang bisa dimaknai terbalik oleh anak.
"Penekanan ini dapat dirasakan oleh anak-anak kita sebagai 'kritik orang tua', dan hal ini dapat memberikan dampak kesehatan mental yang buruk pada anak-anak," ujarnya dikutip dari CNBC Internasional.
Karena itu, orang tua perlu mengetahui kalimat-kalimat yang sebaiknya tidak diucapkan kepada anak. Apa saja?
1. 'Tugas kamu adalah belajar'
Anak-anak seringkali hanya fokus mengejar prestasi agar bisa menjadi orang yang berhasil di masa depan. Tapi menurut Wallace, untuk bisa sukses anak-anak juga harus tahu caranya berkontribusi di masyarakat dan lingkungannya.
Wallace menjelaskan hal tersebut dapat menunjukkan kepada anak-anak bahwa mereka memiliki bakat atau keterampilan yang bisa digunakan untuk memberi nilai tambah pada dunia.
"Mungkin dengan membantu organisasi lokal yang dekat dengan hati mereka, atau menghubungi tetangga. Saya ingin mereka memahami bahwa mereka memiliki lebih banyak hal untuk ditawarkan kepada dunia selain IPK yang tinggi," ucapnya.
2. 'Bagaimana sekolah/kuliah kamu?'
Wallace mengaku selalu menghindari menanyakan urusan sekolah yang bisa membuat anak menjadi tertekan. Tapi, dia tetap menjadwalkan pembicaraan tersebut di waktu tertentu.
"Seorang psikologi yang saya wawancarai untuk buku saya mengatakan bahwa dia membatasi percakapan tentang kuliah hanya pada hari Minggu dari pukul 3 sampai 4 sore selama setahun pertama kuliah anaknya," terang Wallace.
Wallace menambahkan metode tersebut dapat membantu mengurangi situasi tegang di rumah, menikmati sisa pekan, dan fokus pada hal penting lain dalam hidup anak.
3. 'Bagaimana nilai pelajaran kamu?'
Wallace mengatakan dirinya tidak ingin anak-anaknya berpikir bahwa prestasi akademis atau nilai sebagai hal yang paling penting. Karena itu, dia lebih memilih mengawali percakapan dengan menanyakan hal-hal ringan seperti menu makan siang di sekolah.
"Saya menyadari pembukaan sederhana seperti itu sebenarnya mengarah pada percakapan yang lebih mendalam dengan anak-anak tentang dinamika sosial, persahabatan, kesehatan, dan kesejahteraan," ujarnya.
4. 'Ayah/Ibu ingin kamu 100 persen dalam melakukan apapun'
Wallace menuturkan menjadi 'siswa yang baik' bukan berarti dengan mengerahkan 100 persen dalam setiap hal. Menurutnya, hal tersebut justru dapat menyebabkan kelelahan dan memicu kencenderungan perfeksionis pada anak.
"Sebaliknya, belajarlah untuk bersikap strategis dalam menentukan di mana Anda menghabiskan energi Anda," katanya.
5. 'Ayah/Ibu hanya ingin kamu bahagia'
Setiap orang tua ingin agar anaknya bahagia. Namun Wallace mengatakan sentimen tersebut terkadang dapat disalahartikan dan mendorong anak memiliki sifat egois serta ingin menjadi nomor satu.
Karena itu, Wallace selalu mengajarkan anak-anaknya untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan memiliki tujuan.
"Saya sering memberitahu anak-anak bahwa saya ingin mereka menemukan orang dan tempat di dunia yang membutuhkan bantuan mereka. Bukan menjadi lebih baik dari orang lain, tapi menjadi lebih baik bagi orang lain," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pakar Parenting Harvard Ungkap 5 Hal yang Pantang Diucapkan kepada Anak"