Ilustrasi batu. (Foto: ilustrasi/thinkstock) |
Korea Selatan dilanda fenomena kesepian dan level stres yang tinggi. Saking kesepiannya warga Korsel sampai memelihara batu untuk dijadikan teman curhat.
Penyebab tingkat stres yang tinggi di Negeri Ginseng beragam, mulai dari pendidikan yang kompetitif, budaya kerja sampai tekanan sosial yang berat.
The Wall Street Journal melaporkan tren yang tidak biasa terjadi di negara ini. Memelihara batu dipandang sebagai cara untuk mengurangi kesepian dan kelelahan yang menyebar di masyarakat Korea Selatan.
Jiyoung Sohn dari WSJ berbicara kepada kaum milenial yang beralih ke hewan peliharaan untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit dalam karier mereka. Salah satunya Koo Ah-young, 33, mengatakan kepada Sohn bahwa dia tidak memiliki siapa pun untuk diajak bicara tentang kelelahan yang dia alami setelah memulai pekerjaan kantor baru di Seoul.
Dia tidak ingin membuat teman-teman dan keluarganya khawatir, tetapi dia juga merasa bahwa memelihara hewan peliharaan, seperti kucing atau anjing, merupakan tanggung jawab yang terlalu berat.
Beberapa warga Korea Selatan telah menggunakan TikTok untuk memamerkan dekorasi batu peliharaan mereka. Business Insider menemukan batu yang telah ditinjau dengan baik untuk dijual di situs e-commerce Coupang Korea Selatan dengan harga sekitar Rp 150 ribu.
Kondisi ini mungkin terkait dengan peningkatan jumlah rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang. Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Korea Selatan melaporkan pada bulan Desember 2023 bahwa jumlah rumah tangga dengan satu orang telah meningkat dari 9,72 juta pada tahun 2022 menjadi 9,93 juta pada tahun 2023.
Kesepian dan kelelahan di kalangan anak muda di Korea Selatan bukanlah hal baru. Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korea Selatan memperkirakan 3,1 persen warga Korea berusia antara 19 dan 39 tahun adalah "kaum muda yang penyendiri,".
Menurut laporan tersebut, ada beberapa faktor yang berperan, termasuk kesulitan keuangan, kesehatan mental, masalah keluarga, dan kesehatan secara keseluruhan. Mereka yang bekerja penuh waktu di Seoul mungkin tidak mengalami isolasi yang sama seperti mereka yang bekerja di wilayah lain.
Perusahaan-perusahaan di Korea Selatan juga mempunyai sejarah dalam mempekerjakan karyawannya secara berlebihan. Pada bulan Maret 2023, pemerintah berupaya meningkatkan jam kerja dari 52 jam seminggu menjadi 69 jam, namun terpaksa mempertimbangkan kembali rencana tersebut setelah mendapat reaksi keras dari generasi Milenial, Gen Z, dan serikat pekerja.
Menurut data yang diterbitkan oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, Korea Selatan adalah negara yang paling banyak bekerja lembur di Asia dan negara kelima yang paling banyak bekerja terlalu banyak di dunia pada tahun 2022.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Saking Kesepiannya, Warga Korsel sampai Pelihara Batu untuk Jadi Teman Curhat"