Ilustrasi bayi. (Foto: iStock) |
Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita setiap bulan mencatat sekitar 30 kasus bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan. Total selama setahun otomatis tercatat lebih dari 300 anak lahir dengan kondisi tersebut di RSAB, memerlukan perawatan cepat hingga tindakan operasi.
Data di poliklinik RSAB per tahun bahkan ada 3 ribu anak, sementara rawat inap sebanyak 400 kasus per tahun. Baru 50 di antaranya kasus yang terdeteksi jantung bawaan sejak di janin.
Selama ini, tindakan operasi anak dengan jantung bawaan baru bisa dilakukan pada bayi dengan berat badan minimal tiga kilogram, ini menjadi persyaratan utama tindakan operasi di RS Jantung Harapan Kita. Padahal, kebanyakan bayi dengan kondisi tersebut memiliki berat badan kurang dari tiga kilogram.
Pada akhirnya, dibukalah layanan baru kateterisasi radiologi intervensi bayi dan anak di RSAB Harapan Kita. Hal ini memungkinkan bayi ditindak langsung melakukan operasi dengan harapan memangkas rawat inap lebih cepat. Lantaran, selama ini 'melimpahnya' pasien anak dengan penyakit jantung bawaan memenuhi bed occupancy rate (BOR) sebanyak 90 persen.
"Dengan adanya intervensi lebih cepat kami berharap bayi ini outcome-nya lebih baik dan fase menunggu bayi sampai tiga kilogram itu bukan hal yang mudah dan murah," sebut dia dalam konferensi pers layanan baru kateterisasi Kamis (15/12/2022).
Pasalnya, sebelum tersedia layanan baru cath lab dan radiologi, banyak anak yang perlu menunggu selama enam bulan untuk diberikan obat dan injeksi menaikkan berat badan mereka sehingga bisa segera dioperasi. Berdampak pada ruangan NICU, mayoritas terisi pasien anak dengan penyakit jantung bawaan.
"Ruangan NICU BOR-nya lebih dari 90 persen, apabila ini keluar lebih cepat maka NICU ini bisa dipakai oleh bayi-bayi lain sehingga bisa lebih baik lagi flownya, antriannya," pungkas dia.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ratusan Bayi RI Lahir dengan Sakit Jantung Bawaan, Nunggu 6 Bulan Buat Operasi"