Daftar negara paling suka pamer kekayaan. (Foto: Getty Images/Enes Evren) |
Sebuah survei menunjukkan daftar negara paling sering memamerkan hartanya, seperti pembelian barang-barang mewah termasuk tas. Bank investasi salah satunya menunjukkan perkiraan total pengeluaran warga Korea Selatan, untuk pembelian barang-barang mewah mencapai 24 persen di tahun 2022 atau yakni $16,8 miliar.
"Itu jauh lebih banyak daripada $55 dan $280 per kapita yang dihabiskan masing-masing oleh warga negara China dan Amerika," menurut perkiraan ahli Morgan Stanley, dikutip dari CNBC, Rabu (17/1/2023).
Menampilkan kekayaan juga lebih diterima secara sosial di masyarakat Korea. Survei McKinsey menemukan bahwa hanya 22 persen responden Korea yang menganggap pamer barang mewah sebagai hal yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan 45 persen orang Jepang dan 38 persen orang China.
Permintaan barang mewah juga didukung oleh peningkatan kekayaan rumah tangga. Data Bank of Korea menunjukkan kekayaan bersih rumah tangga negara tersebut naik 11 persen pada tahun 2021. Sekitar 76 persen kekayaan rumah tangga di Korea adalah real estat, yang harganya telah meningkat secara substansial sejak tahun 2020.
"Hampir semua selebritas besar Korea adalah duta merek dari rumah mewah terkemuka," catat laporan tersebut, seperti Fendi dan aktor Lee Min-Ho atau Chanel dan rapper G-Dragon.
Dior menjadikan penyanyi Blackpink Rose sebagai wajah dari koleksi HardWear-nya, yang menurut rumah mode itu diterima dengan sangat baik dan menggandakan penjualan untuk lini tersebut.
Kenapa ada yang suka pamer?
Dalam Journal of Personality and Social Psychology oleh Shreyans Goenka dan Manoj Thomas, orang yang suka pamer cenderung melihat struktur kelas atau hierarki sebagai kebajikan moral. Bagi mereka, masyarakat tidak harus setara, melainkan perlu diatur berdasarkan peringkat sosial.
Orang-orang ini melihat perilaku pamer sebagai penguat peringkat sosial. Jadi, ketika orang memamerkan kekayaannya, mereka menandakan status mereka, yang diperlukan untuk menjaga tatanan sosial. Jadi, bagi orang-orang ini, barang-barang mewah dapat diterima karena pajangan tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral mereka.
Temuan ini membantu menjelaskan mengapa beberapa budaya dan kelompok sosial menerima tampilan mewah sementara yang lain menghindarinya. Misalnya, budaya Barat dan kaum liberal kaya cenderung menghargai kesetaraan dalam masyarakat, tetapi budaya Asia dan kaum konservatif kaya cenderung menghargai tatanan sosial.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Tak Disangka, Warga di Negara Ini Paling Suka Pamer Kekayaan"