Ilustrasi rokok elektrik. Foto: iStock |
Beberapa orang menganggap rokok elektrik dan vape sebagai alternatif untuk berhenti merokok konvensional. Dokter paru meluruskan, efek bahaya rokok elektrik dan vape sebenarnya sama saja dengan rokok batangan atau konvensional. Lho, bukannya nikotin di rokok elektrik lebih rendah?
Spesialis paru RS Persahabatan dan Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan, SpP(K) menjelaskan, memang benar kadar nikotin dan zat berbahaya lainnya pada rokok elektrik lebih rendah dibandingkan rokok konvensional.
Namun kecenderungannya, pengguna rokok elektrik akan tetap menghisap dalam jumlah banyak sehingga ujung-ujungnya, nikotin yang terhirup sama saja kadarnya layaknya rokok konvensional.
"Salah satu penelitian menyebut lebih dari sama dengan 30 hisapan itu nikotin yang dihantarkan itu sama dengan jumlahnya dengan satu batang rokok. Memang kadarnya rendah tapi pada kenyataannya ternyata orang terjebak dengan kata-kata kadar nikotin dan zat-zat kimia menjadi lebih rendah. Jadi memang sama-sama menimbulkan kecanduan juga," ungkapnya dalam diskusi daring, Sabtu (14/1/2023).
Awalnya, vape dan rokok elektrik memang diciptakan sebagai alat para perokok aktif konvensional untuk bertransisi berhenti merokok sepenuhnya. Namun kini kenyataannya, kadar nikotin dan zat berbahaya yang lebih rendah pada rokok elektrik justru membuat penggunaannya marak.
"Ini tidak bisa menggantikan rokok biasa dan bukan modalitas untuk berhenti merokok. Kenapa? Karena rokok elektrik ini awalnya waktu pertama kali diciptakan memang didesain untuk transisi para perokok yang biasa untuk berhenti merokok. Ya sudah pakai vape dulu yang diinhalasi karena kadarnya dibikin rendah. Komponennya juga nggak sebanyak rokok," beber dr Erlina.
"Nah didesain seperti itu tapi pada kenyataannya justru banyak gagalnya. Orang malah kecanduan juga dengan cara-caranya bahkan justru lebih sering menghisapnya. Sebagian tidak bisa meninggalkan rokok konvensional malah pakai dua-duanya. Itulah yang dikatakan e-cigar atau vape ini gagal dipakai sebagai alat untuk berhenti merokok," imbuhnya.
Kerap beredar narasi, berbeda dengan rokok konvensional yang jika dibakar menimbulkan asap, vape atau elektrik 'hanya' menimbulkan uap sehingga tidak bakal mengganggu atau membahayakan orang-orang di sekitar. Terlebih, vape atau rokok elektrik menggunakan cairan (liquid) sehingga rasa dan aromanya beragam.
Namun dr Erlina meluruskan, hal tersebut tak benar. Orang yang secara pasif terpapar uap rokok elektrik atau vape juga berisiko terkena gangguan pernapasan, layaknya perokok pasif dari rokok konvensional.
"Rokok elektrik atau vape ini dibakar menghasilkan uap atau aerosol. Uap dan aerosol juga menyebar sehingga sama saja, orang di sekitarnya kita anggap pasif atau secondhand smoker karena terekspos uap yang ditimbulkan," pungkas dr Erlina.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Rokok Elektrik Tak Bakal Mempan Bikin Stop Merokok Konvensional, Begini Sebabnya"