Foto: AP/Andreas Schaad |
Eks bintang Bayern Munich Philipp Lahm mengkritik pedas Paris Saint-Germain. Lahm membandingkan PSG dengan toko barang-barang mewah tapi hasilnya mengecewakan.
PSG belum lama ini kandas di babak 16 besar Liga Champions. Les Parisiens tampil mengecewakan sehingga disingkirkan Bayern usai kalah agregat 0-3.
Itu berarti PSG masih belum mampu mencpai targetnya meski sudah melakukan megainvestasi sejak diambil alih oleh konsorsium Qatar pada 2011. Terlebih pada dua musim terakhir setelah diperkuat pemain-pemain depan istimewa macam Kylian Mbappe, Lionel Messi, dan Neymar. Sementara itu laju terjauh PSG di Liga Champions adalah sekali mencapai final pada 2020.
Lahm merupakan salah satu pemain tersukses dalam sejarah Bayern Munich, dengan memenangi total 21 trofi juara. Menurut mantan bek kiri itu, PSG cuma menjadi alat bagi kepentingan politik Qatar.
"PSG bisa membuat Anda sedih. Anda merasakan banyak penggemar PSG yang datang ke Munich. Harapan mereka bahwa sesuatu bisa tumbuh selalu mati setiap tahun," ungkap pria Jerman itu dalam kolomnya di Die Zeit.
"Di Munich, Anda tidak melihat kelas yang harus dimiliki tim dengan pemain-pemain luar biasa seperti itu. Mereka itu kekecewaan besar. Tim yang luar biasa mahal ini seperti sebuah toserba yang mewah, menampilkan pameran barang-barang berharga yang dikagumi semua orang tapi tidak ada yang mampu membelinya."
"Itu memang menjamin perhatian dan tonton yang besar, tapi cuma berhasil secara ekonomis saja. Jika ada begitu banyak uang yang dihabiskan, tapi justru kebalikan kualitasnya yang dicapai, itu tidak bagus," sambung pemenang Piala Dunia 2014 ini.
"Secara politis, investasi pada PSG itu mungkin sudah terbayar. Popularitas sepakbola membuatnya menjadi sebuah instrumen yang cocok untuk tujuan-tujuan yang lain. Negara Qatar mendapatkan keuntungan dari Paris dalam hal politik keamanan dan geopolitik. Namun, sepakbola itu sesuatu yang lain."
"Tim-tim hebat yang diketahui orang-orang itu berkembang dengan sebuah proses. Ini hanya bisa sukses dengan kerja sama, solidaritas, dan komunitas. Ini hanya bisa sukses dengan kerja sama, solidaritas, dan komunitas. Ini adalah nilai-nilai Eropa, tapi tidak PSG, dan klub tetaplah sebuah pengalaman yang hambar," sembur Lahm.
Artikel ini telah tayang di sport.detik.com dengan judul "Kritik Pedas Lahm pada PSG: Seperti Toko Mewah tapi Hambar"