Foto: Dok. Detikcom |
Malaysia mencatat belasan kasus heatstroke imbas cuaca panas. Namun seiring itu, pemerintah mengumumkan hingga kini tidak ada rencana untuk mengumumkan keadaan darurat terkait gelombang panas yang terus berlanjut.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Perdana Menteri Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi. Dijelaskannya, situasi terkait keadaan darurat bisa berubah dan pemerintah akan siap mengeluarkan perintah.
"Kami telah melakukan langkah-langkah proaktif dan preventif seperti penyemaian awan untuk menghadapi gelombang panas. Untuk saat ini, kami rasa tidak perlu mengumumkan keadaan darurat," ungkapnya, dikutip dari The Star, Rabu (17/5/2023).
"Tapi kalau perlu, kami akan keluarkan Directive 20 Dewan Keamanan Nasional untuk darurat," ujar Ahmad Zahid lebih lanjut sesuai memimpin rapat Komite Nasional Penanggulangan Bencana kemarin.
Lebih lanjut ia mengatakan, kondisi cuaca saat ini akan berlangsung hingga September, dengan suhu diperkirakan akan melonjak di atas 40 derajat celcius pada Agustus mendatang. Kemudian terkait kapan keadaan darurat bakal diumumkan, Ahmad Zahid menyebut, pihak berwenang masih akan terus melakukan pengamatan.
"Jika akan ada keadaan darurat, kami akan mengumumkannya. Kondisi cuaca sedang dipantau sepanjang waktu secara nasional," beber Ahmad Zahid.
Koalisi Darurat Iklim Malaysia telah mendesak pemerintah untuk memperlakukan suhu tinggi saat ini sebagai dampak darurat iklim. Seiring itu, sejumlah negara lainnya di Asia Tenggara kini bergulat dengan kondisi cuaca panas terik. Singapura misalnya, mencatat rekor suhu menyengat dalam 40 tahun terakhir dengan angka 37 derajat Celcius pada Sabtu lalu.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Korban Heatstroke Terus Bertambah, Malaysia Pastikan Situasinya Belum Darurat"