Kemenkes Tegaskan Penularan Antraks Tidak Terjadi Antar Manusia. (Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/Hailshadow) |
Kasus antraks yang terjadi di Gunungkidul, Yogyakarta, menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat. Terlebih, kasus itu sudah menelan satu orang korban jiwa dan puluhan lainnya positif terpapar virus tersebut.
Salah satu kekhawatiran terkait penularan dari antraks. Namun, Kementerian Kesehatan RI menegaskan antraks tidak dapat menular dari manusia ke manusia.
"Ini penyakit zoonosis, jadi penularannya tidak dari manusia ke manusia. Tidak perlu dilakukan karantina," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam konferensi pers secara daring, Kamis (6/7/2023).
Lebih lanjut, ia menjelaskan antraks disebabkan oleh bakteri bernama Bacillus anthracis. Ketika terpapar udara, bakteri ini otomatis akan membentuk spora yang berfungsi sebagai pelindung. Sehingga, bakteri ini bisa bertahan selama puluhan tahun dalam berbagai kondisi.
Terkait penularan, Imran menuturkan bakteri ini akan menginfeksi manusia lewat kontak langsung dengan kulit, terhirup, atau ketika mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi.
"Jadi bisa langsung dari tanah yang ada sporanya, bisa menular ke manusia. Bisa juga masuknya melalui hewan, hewannya sakit, kemudian konsumsi dagingnya ke manusia," ungkapnya.
Antraks sendiri umumnya terbagi menjadi empat tipe, yaitu antraks saluran pencernaan, antraks tipe paru-paru, antraks injeksi, dan antraks kulit. Antraks tipe kulit sendiri merupakan kasus yang paling umum terjadi di Indonesia.
"Tipe inilah yang paling banyak terjadi di Indonesia," ucap Imran.
"Untuk yang tipe (antraks) pernapasan itu sangat mematikan," sambungnya.
Imran juga mengimbau agar masyarakat, terutama di daerah-daerah endemis, untuk lebih mewaspadai setiap risiko penularan dan gejala yang muncul jika terlanjur mengonsumsi daging yang sakit.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kemenkes Tegaskan Penularan Antraks Tidak Terjadi Antar Manusia"