Ilustrasi. Foto: Getty Images/iStockphoto/gorodenkoff |
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak China untuk bersikap terbuka perihal informasi seputar penyakit pernapasan mirip pneumonia 'misterius' yang kini merebak di anak-anak. Terlebih kini muncul kekhawatiran, bahwa penyakit misterius ini berpotensi menjadi pandemi lagi layaknya COVID-19.
"Kita harus berhati-hati. Kami benar-benar membutuhkan lebih banyak informasi, khususnya informasi diagnostik," tutur ahli virologi Belanda yang menjadi penasihat WHO mengenai COVID-19, Marion Koopmans, dikutip dari Reuters, Kamis (24/11/2023).
Awalnya, kekhawatiran akan kemunculan pandemi baru tersebut dipicu oleh peringatan yang diterbitkan oleh layanan pemantauan ProMED, bagian dari Masyarakat Internasional untuk Penyakit Menular pada Selasa (21/11). Mereka menyerukan pentingnya informasi lebih lanjut tentang 'pneumonia yang tidak terdiagnosis' di China yakni Beijing, Liaoning.
Sebelumnya pada 30 Desember 2019, peringatan serupa pernah dikeluarkan, yang kemudian menjadi pemberitahuan pertama akan kemunculan COVID-19.
Karena adanya kesamaan kedua peringatan tersebut, para ilmuwan khawatir merebaknya pneumonia misterius di China kali ini juga bisa memicu kemunculan pandemi lagi.
Mereka mengatakan berdasarkan informasi sejauh ini, kemungkinan besar penyakit ini adalah peningkatan infeksi pernapasan umum lainnya seperti flu, seperti yang terjadi di banyak belahan dunia setelah lockdown akibat COVID-19 dicabut. Hal ini juga bisa menandakan kebangkitan kembali COVID-19.
Diketahui, WHO selalu meminta informasi rinci dari negara-negara yang melaporkan penyakit yang tidak terdiagnosis ata tidak diketahui. Pakar kesehatan masyarakat dan penasihat WHO, Brian McCloskey, menyebut desakannya kepada China kali ini adalah bagian dari sistem Peraturan Kesehatan Internasional WHO.
"Saya tidak akan menekan tombol panik pandemi ini berdasarkan apa yang kita ketahui sejauh ini, namun saya akan sangat tertarik untuk melihat tanggapan WHO dari China dan melihat penilaian WHO setelahnya," bebernya.
Baik WHO maupun China menghadapi banyak pertanyaan perihal transparansi informasi pada masa-masa awal munculnya COVID-19. WHO juga mengkritik China karena kesannya, China menyembunyikan data mengenai jumlah kasus infeksi dan kematian ketika negara itu mencabut kebijakan 'Zero-COVID'.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pakar Khawatir Pneumonia 'Misterius' di China Jadi Pandemi Baru Bak COVID-19"