Foto: Getty Images |
Jumlah kasus COVID-19 di Singapura dalam sepekan terakhir berada di 7.730 pada pantauan 12 hingga 17 Desember 2023. Menurut Profesor Dale Fisher, konsultan penyakit menular senior di Rumah Sakit Universitas Nasional (NUH), puncaknya kemungkinan terlewati setelah momen Natal.
Catatan kasus rawat inap relatif tetap tinggi. Pada minggu 3 sampai 9 Desember, 763 orang dirawat di rumah sakit dan 23 orang dirawat di unit perawatan intensif (ICU).
Profesor Paul Tambyah dari NUH, berpesan masyarakat untuk memilih work from home (WFH) atau bekerja dari rumah jika mengeluhkan gejala dan segera mencari pertolongan medis. Hal ini demi menghindari transmisi atau penularan terus meluas.
Hal yang sama diutarakan Profesor Hsu Li Yang, spesialis penyakit menular di National University of Singapore (NUS) Saw Swee Hock School of Public Health. Dirinya menyarankan agar masyarakat mulai membatasi mobilitas. Pasalnya, tren kasus yang terus meningkat dalam waktu lama, perlahan akan berdampak pada layanan kesehatan dan juga mengakibatkan lebih banyak penyakit serius dan kematian.
"Setiap orang, termasuk mereka yang memiliki risiko minimal terkena COVID-19 parah, harus melakukan bagian mereka dalam memperlambat penularan virus."
Kementerian Kesehatan mengatakan rumah sakit umum di sini siap menunda operasi yang tidak mendesak untuk menjaga ketersediaan tempat tidur jika terjadi lonjakan kasus dan permintaan tempat tidur meningkat.
Associate Professor Alex Cook, juga dari NUS Saw Swee Hock School of Public Health, dan pakar biostatistik dan pemodelan, menyebut jumlah sebenarnya orang yang mengidap COVID-19 di Singapura bisa berkali lipat lebih banyak, daripada jumlah yang secara resmi tercatat Kemenkes setempat.
"Gelombang saat ini adalah apa yang kita harapkan dari penyakit endemik COVID-19, sama seperti yang kita lihat pada influenza endemik dan semua infeksi saluran pernapasan umum lainnya. Tidak ada lagi alasan untuk mengkhawatirkan gelombang COVID-19 selain gelombang influenza serupa di masa lalu. Namun hanya karena kita tidak boleh diliputi rasa cemas, bukan berarti kita tidak boleh melakukan apa pun."
Semua ahli mengatakan masyarakat harus bertanggung jawab secara sosial dan menggunakan masker di tempat-tempat tertutup yang ramai, meskipun mereka merasa sehat, karena penularan virus terjadi satu atau dua hari sebelum gejala muncul.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa orang dengan perlindungan minimum tiga vaksinasi mRNA atau empat vaksinasi non-mRNA, yang terakhir menerima suntikan COVID-19 lebih dari setahun lalu, menghadapi risiko hampir dua kali lipat untuk memerlukan perawatan di rumah sakit dibandingkan seseorang yang mendapat booster dalam kurang dari 12 bulan terakhir.
Gelombang COVID-19 di Singapura diperkirakan akan berlanjut hingga akhir 2023 sebelum berhenti dan turun pada awal 2024.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kasusnya Masih Nanjak, 763 Orang di Singapura Dirawat di RS gegara COVID-19"