Ilustrasi kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia. (Foto: Agung Pambudhy) |
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut perkiraan puncak kasus COVID-19 akibat varian JN.1 tercapai di awal pekan Januari 2024. Pasalnya, temuan JN.1 saat ini mendominasi sebanyak 43 persen dari total kasus yang mencapai 2 ribuan selama sepekan.
Peningkatan kasus JN.1 relatif lebih cepat dari pekan sebelumnya, yang masih berada di angka 19 persen dari total kasus.
"Jadi kenaikannya dia pesat, artinya dia mendominasi varian yang ada. Kalau pengalaman kita di sebelum-sebelumnya begitu dia sampai 80 persen, di atas 80 persen itu peak-nya tercapai.
"Jadi harusnya di Januari itu peaknya sudah dicapai. Nah peaknya berapa lama? Biasanya kita turun tidak lebih dari satu bulan. Peak-nya paling 2 minggu sampai 4 minggu maksimal sudah kemudian terjadi penurunan."
Artinya, kasus COVID-19 baru akan menurun di Februari. Pemerintah belum bisa memastikan apakah pemicu peningkatan kasus dikaitkan dengan turunnya antibodi atau kekebalan di masyarakat.
Dalam waktu dekat rencananya akan dilakukan survei lanjutan antibodi COVID-19. Alih-alih panik, Menkes meminta masyarakat untuk tertib melakukan protokol kesehatan, terlebih menjelang perjalanan Nataru.
Sejauh ini, angka perawatan akibat COVID-19 terpantau rendah dibandingkan tren gelombang COVID-19 sebelumnya yakni 357 pasien, paling banyak di DKI Jakarta yakni 80 kasus.
"Memang ada beberapa kematian, 27 orang ini ada komorbidnya. Jadi dia masuk, sakit, biasanya sakit jantung atau dia stroke, tapi begitu dites dia positif COVID-19. Jadi nggak semuanya meninggalnya gara-gara COVID-19nya, tapi gara-gara penyakit lainnya."
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Menkes Sebut Varian 'JN.1' Dominan di RI, Kasus Bakal Mereda pada Februari 2024"