Situasi salah satu sudut wilayah Jalur Gaza. (Foto: REUTERS/Abed Sabah) |
Serangan yang terus dilancarkan Israel di wilayah Gaza mengakibatkan krisis kesehatan yang buruk. Kondisi ini mengakibatkan layanan kesehatan menjadi tersendat hingga banyak pasien tidak bisa mendapatkan pelayanan yang baik.
Saat ini sekitar 10 ribu pasien kanker di Gaza tidak memiliki obat-obatan yang sangat diperlukan untuk proses pengobatan pasien. Hal ini terjadi setelah satu-satunya rumah sakit untuk pasien kanker tidak berfungsi lagi akibat serangan dan blokade yang dilakukan Israel.
"Setelah Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina untuk kanker terpaksa tidak beroperasi lagi, ada 10 ribu pasien kanker yang menghadapi keadaan memaksa dan tidak manusiawi," ujar direktur RS Persahabatan Turki-Palestina dokter Subhi Skaik, dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (2/1/2024).
Subhi menambahkan saat ini pasien tidak memiliki akses untuk bisa mendapatkan obat-obat kanker. Ia mendesak negara-negara di seluruh dunia untuk membantu menjalankan kembali rumah sakit tersebut.
Ia menuturkan bahwa rumah sakit tersebut merupakan satu-satunya 'tempat peristirahatan' bagi pasien kanker di Gaza. Pada akhir bulan Oktober, Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan RS Persahabatan Turki-Palestina harus berhenti memberikan pelayanan setelah dibom oleh pasukan Israel.
Pada tahun 2011-2017, pemerintah Turki mendanai pembangunan rumah sakit yang menjadi satu-satunya untuk menangani pasien kanker tersebut. Rumah sakit tersebut memiliki enam lantai dengan 180 tempat tidur dan luas 34.800 meter persegi.
Setidaknya hingga saat ini sudah ada 21.979 warga Palestina yang tewas akibat konflik yang terjadi semenjak 7 Oktober. Kebanyakan orang yang menjadi korban adalah wanita dan anak anak. Korban luka saat ini sudah mencapai 57.697 orang.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kehabisan Obat-obatan, 10 Ribu Pasien Kanker di Gaza Sekarat di Tengah Perang Israel"