Ilustrasi vape dan rokok elektrik. Foto: Dok. Shutterstock |
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak semua negara untuk memperlakukan vape bervarian rasa dengan aturan layaknya pada rokok tembakau. Disorotinya, vape juga memicu gangguan kesehatan dan mendorong kecanduan nikotin di kalangan non-perokok, terutama anak-anak dan remaja.
"Anak-anak direkrut dan dijebak pada usia dini untuk menggunakan rokok elektrik dan mungkin kecanduan nikotin," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip dari Reuters, Selasa (2/1/2023).
WHO mencatat, di wilayah dengan pemasaran yang agresif, vape lebih banyak digunakan oleh anak berusia 13-15 tahun dibandingkan oleh orang dewasa.
Kemudian mengacu pada penelitian yang sudah ada, hingga kini tidak ada bukti bahwa vape bisa menjadi alternatif untuk perokok berhenti mengkonsumsi rokok konvensional. Berkenaan dengan itu, banyak orang beranggapan efek vape dan rokok elektrik terhadap pernapasan bisa lebih 'enteng' dibandingkan rokok tembakau, dengan potensi kecanduan nikotin yang lebih kecil.
Menanggapi desakan WHO tersebut, dokter spesialis paru dr Erlina Burhan, SpP(K) menegaskan memang harus ada kebijakan tegas terkait penggunaan vape dan rokok elektrik, sebagaimana yang kini produknya marak di Indoensia.
"Saya setuju dengan WHO. Indonesia harus segera membuat policy (kebijakan) ttg e-cigarette atau vape ini," tuturnya kepada detikcom.
Dalam pernyataannya tersebut, dr Erlina juga memaparkan bahwa pengguna rokok elektrik juga berpotensi kecanduan, layaknya pengguna rokok konvensional. Bahkan, pengguna rokok elektrik berpotensi menjadi pengguna rokok konvensional dan bahan adiktif lainnya.
Rokok elektrik juga mengandung bahan-bahan toksik dan karsinogen, yang berpotensi memicu kanker dan gangguan kesehatan lainnya.
"Rokok elektrik terbukti toksik terhadap saluran napas dan paru, serta menimbulkan masalah kesehatan respirasi," papar dr Erlina.
"Rokok elektrik tidak dapat dikatakan aman, disarankan tidak digunakan sampai terbukti aman. Rokok elektrik tidak direkomendasikan untuk modalitas berhenti merokok," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dokter Paru Tegaskan Vape Bukan Solusi Stop Merokok, Sama-sama Bikin Penyakit"