Foto: REUTERS/KIM KYUNG-HOON |
Sejumlah wilayah di Jepang menghadapi krisis air bersih pasca gempa paling mematikan setidaknya sejak 2016 terjadi pada awal 2024. Sejumlah tim evakuasi termasuk tentara, pemadam kebakaran, hingga petugas polisi dari seluruh Jepang mengupayakan semaksimal mungkin pencarian mereka di sisa waktu kritis 72 jam pasca bencana.
Mereka masih mencari tanda-tanda kehidupan di rumah-rumah kayu yang runtuh dan bangunan komersial yang roboh saat 50 orang dilaporkan masih dalam status hilang. Ada 78 kematian dan 330 korban luka-luka imbas gempa 7,6 magnitudo. Para ahli mengatakan tiga hari pertama sangat penting karena peluang hidup korban menurun tajam setelahnya.
"Ini adalah situasi yang sangat sulit. Namun dari sudut pandang melindungi nyawa, saya meminta Anda melakukan segala upaya untuk menyelamatkan dan menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa pada malam ini, ketika 72 jam kritis bencana telah berlalu," kata Perdana Menteri Fumio Kishida pada pertemuan pemerintah, Kamis (4/1/2023).
Sempitnya Semenanjung Noto yang terkena dampak paling parah menambah tantangan masyarakat Jepang untuk mengakses kebutuhan sehari-hari. Termasuk dalam menjangkau beberapa layanan air, hingga listrik. Bahkan, telepon seluler masih terputus di beberapa daerah.
Naomi Gonno, salah satu warga setempat, mengatakan dia dan anak-anaknya keluar dari rumah mereka saat bangunan runtuh.
Anak-anaknya berteriak memanggil nenek mereka, dan Gonno melihat ibunya terjebak di bawah rumah yang hancur, hanya tangannya yang terlihat. "Dia mampu keluar melalui ruang kecil," kata Gonno.
"Saya tidak percaya kami masih hidup," katanya. "Kami hidup dalam ketakutan."
Warga Antre Air Bersih dan Makanan
Di Wajima, saat kebakaran besar melanda beberapa bagian pelabuhan dan distrik di sekitarnya, masyarakat mengantre untuk mendapatkan air dan makanan.
Gempa tersebut membuat jalan-jalan rusak, sehingga semakin sulit untuk mengakses daerah-daerah yang terkena dampak paling parah.
"Dibandingkan bencana lainnya, situasi jalan menuju Wajima sangat buruk. Saya merasa butuh waktu lebih lama dari biasanya sampai bantuan tiba," kata Shunsaku Kohriki, seorang pekerja medis, kepada kantor berita Reuters.
"Saya pikir, secara realistis, para pengungsi harus hidup dalam kondisi yang sangat sulit untuk sementara waktu."
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Warga Jepang Hadapi Krisis Air Bersih Pasca Gempa Dahsyat 7,6 SR"