Hagia Sophia

26 February 2024

Akibat Mogok Masal Dokter di Korsel, RS Perbanyak Layanan Telemedicine

Ribuan dokter di Korea Selatan melancarkan aksi mogok kerja. (Foto: REUTERS/SOO-HYEON KIM)

Rumah sakit umum di Korea Selatan akan memperpanjang jam kerja, demikian pengumuman perdana menteri pada Jumat (23/2/2024). Pihaknya juga akan memperluas layanan telemedicine untuk meringankan beban yang semakin besar pada fasilitas kesehatan setelah ribuan dokter mogok massal pekan ini.

Rumah sakit telah menolak pasien dan membatalkan operasi setelah sekitar dua pertiga dokter muda di negara tersebut mengundurkan diri sebagai bentuk protes terhadap rencana pemerintah untuk menambah kuota masuk sekolah kedokteran.

"Pengoperasian institusi medis publik akan ditingkatkan secara maksimal," kata Perdana Menteri Han Duck-soo pada pertemuan manajemen bencana, dan mengatakan bahwa rumah sakit tersebut akan tetap buka lebih lama serta pada akhir pekan dan hari libur untuk menampung lonjakan pasien.

Ketika aksi mogok massal dokter memasuki hari keempat, Kementerian Kesehatan mengatakan pihaknya mengizinkan semua rumah sakit dan klinik untuk menawarkan layanan telemedicine, seperti konsultasi dan resep, yang hingga saat ini hanya tersedia secara terbatas.

"Lebih dari 7.800 dokter magang dan dokter residen telah keluar," tambah Kemenkes setempat.

Jumlah tersebut hanya sebagian kecil dari 100.000 dokter yang ada di Korsel, tetapi mereka memiliki peran penting dalam operasional sehari-hari di rumah sakit pendidikan, lantaran dapat mencakup lebih dari 40 persen staf.

Mereka melakukan tugas-tugas penting di ruang gawat darurat, unit perawatan intensif, dan ruang operasi di rumah sakit besar yang merawat pasien yang dirujuk oleh rumah sakit kecil dan klinik swasta.

Perawat memperingatkan bahwa mereka dipaksa untuk melakukan prosedur di bangsal dan ruang operasi yang biasanya merupakan hak dokter peserta pelatihan.

"Tanggung jawab utama siapa pun dalam profesi medis adalah menjaga kesehatan dan kehidupan pasien," kata Tak Young-ran, presiden Asosiasi Perawat Korea, dan mendesak para dokter untuk kembali bekerja.

Meningkatnya tekanan terhadap rumah sakit mendorong pemerintah untuk meningkatkan kewaspadaan kesehatannya menjadi 'parah' dari 'hati-hati' pada hari Jumat setelah unit gawat darurat di rumah sakit terbesar telah dibatasi sejak protes dimulai pada Selasa.

Para dokter yang melakukan protes mengatakan masalah sebenarnya adalah gaji dan kondisi kerja, bukan jumlah dokter.

Namun rencana pemerintah bertujuan untuk mengatasi kekurangan sebanyak 15.000 dokter yang diperkirakan terjadi pada 2035, yang merupakan salah satu populasi dengan penuaan tercepat di dunia, saat jumlah dokter juga semakin banyak yang mulai menua.

Para dokter senior dan Asosiasi Medis Korea, yang mewakili praktisi swasta, tidak ikut serta dalam aksi mogok kerja tersebut, tetapi mengadakan aksi unjuk rasa yang mendesak pemerintah untuk membatalkan rencana tersebut.

Perdana Menteri kembali mengimbau para dokter muda untuk tidak menodai kenangan atas pengorbanan dan dedikasi mereka selama pandemi COVID-19 yang telah membuatnya mendapatkan rasa hormat dari masyarakat.

Dia meminta komunitas medis untuk berhenti mendorong dokter muda dan mengatakan pemerintah selalu terbuka untuk melakukan pembicaraan.

Banyak warga Korea yang mendukung rencana penerimaan lebih banyak sekolah kedokteran, dengan jajak pendapat Gallup Korea baru-baru ini menunjukkan sekitar 76 persen responden mendukung, terlepas dari afiliasi politiknya.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Aksi Mogok Massal Dokter Korsel Masuk Hari Ke-4, RS Perbanyak Layanan Telemedicine"