Hagia Sophia

29 February 2024

Angka Kelahiran Capai Rekor Terendah, Warga Jepang Banyak yang Childfree

Ilustrasi warga Jepang. (Foto: Getty Images/Christian Keenan)

Jepang mencatat penurunan tingkat kelahiran selama delapan tahun berturut-turut. Salah satu hal yang melatarbelakangi kejadian ini adalah fenomena childfree di kalangan pasutri.

Berdasarkan data terbaru, Jepang merupakan negara dengan jumlah perempuan berusia 50 tahun yang tidak memiliki anak tertinggi di antara negara-negara maju. Hal ini menunjukkan tantangan yang dihadapi negara ini dalam menghindari krisis populasi yang akan terjadi.

Di Jepang, 27 persen wanita yang lahir pada tahun 1970 belum pernah melahirkan hidup saat mereka berusia 50 tahun, menurut statistik dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Sejauh ini angka tersebut merupakan yang terbesar di antara 17 negara dengan data yang sebanding, dan yang terdekat adalah Finlandia sebesar 20,7 persen.

Negara-negara Eropa Barat telah berhasil menahan lonjakan jumlah orang yang tidak mempunyai anak dengan menawarkan bantuan untuk menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga. Jumlah perempuan yang tidak memiliki anak telah menurun secara drastis di AS dan Inggris, menurut beberapa laporan.

Namun Jepang masih merupakan negara yang banyak wanita memilih untuk tidak punya anak. Bagi wanita Jepang yang lahir pada tahun 2000, antara 31,6 persen hingga 39,2 persen akan tetap tidak memiliki anak sepanjang hidup mereka, menurut perkiraan dari National Institute of Population and Social Security Research yang berbasis di Tokyo (IPSS).

Kepada Nikkei Asia, Rie Moriizumi, peneliti senior di IPSS, menemukan bahwa perempuan tetap tidak memiliki anak karena kesulitan menikah, memilih untuk tidak memiliki anak, menunda memiliki anak, atau karena infertilitas atau alasan kesehatan. Temuan ini didasarkan pada tanggapan survei yang dikumpulkan oleh lembaga tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah perempuan Jepang yang tidak memiliki anak karena masalah dalam pernikahan telah melonjak, menjadi alasan utama di kalangan perempuan berusia antara 25 hingga 49 tahun.

Tampaknya salah satu rintangan terbesar dalam pernikahan adalah menemukan pasangan yang cocok dengan sumber daya keuangan yang memadai. Perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak merupakan kelompok terbesar kedua di antara perempuan yang tidak mempunyai anak. Moriizumi memperkirakan sekitar 5 persen dari seluruh perempuan telah membuat pilihan tersebut, dan jumlahnya terutama meningkat di kalangan generasi muda.

Perempuan yang belum menikah lebih cenderung memutuskan untuk tidak memiliki anak jika mereka berpenghasilan rendah atau belum menemukan pasangan.

"Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan yang menyerah daripada secara aktif memilih" untuk tidak memiliki anak, kata Moriizumi.

Meskipun semakin banyak perempuan yang memasuki dunia kerja, kurangnya langkah-langkah untuk membantu menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga memaksa banyak perempuan untuk memilih antara meninggalkan pekerjaan mereka untuk membesarkan keluarga atau tidak memiliki anak untuk melanjutkan karir mereka, sehingga menyebabkan penurunan angka kelahiran.

"Ketika perempuan berhenti menjadikan pernikahan dan membesarkan anak sebagai prioritas utama mereka untuk mengembangkan karier mereka, pernikahan dan persalinan semakin ditunda, dan semakin banyak orang yang tidak memiliki anak," kata Toshihiko Hara, profesor emeritus di Sapporo City University, yang mempelajari masalah tidak mempunyai anak di Jerman dan Jepang.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Warga Jepang Banyak yang Childfree, Terbukti dari Angka Kelahiran Rekor Terendah"