Ketua Tim Kerja Standar Kecukupan Gizi dan Mutu Pelayanan Gizi KIA Kemenkes RI Mahmud Fauzi. (Foto: detikHealth/Atta Kharisma) |
Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi yang menghantui anak-anak di Indonesia. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk bisa menekan prevalensi stunting. Tahun ini, pemerintah menargetkan angka stunting dapat mengalami penurunan hingga 14 persen.
Terkait hal tersebut, Ketua Tim Kerja Standar Kecukupan Gizi dan Mutu Pelayanan Gizi KIA Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Mahmud Fauzi, SKM, MKes, mengungkapkan penurunan stunting memang sudah terjadi di beberapa wilayah. Namun, pihaknya masih belum bisa memberi angka pasti karena masih harus menunggu hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023.
"Di beberapa daerah memang pasti ada beberapa yang mengalami (penurunan). Walaupun, sampai saat ini kita juga belum tahu secara pasti angkanya karena itu akan dilaunching secara resmi oleh BKPK, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan," ujarnya kepada detikcom saat ditemui di Jakarta Pusat, Rabu (28/2/2024).
"Saat ini kita lagi menunggu launching untuk hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, dan ini masih belum di-launching. Jadi kami masih belum bisa menyampaikan secara pasti berapa angkanya. Kita sih berharap dibanding 2022, ada penurunan kembali sehingga target 2024 bisa tercapai," sambungnya.
Mahmud juga memaparkan sejumlah tantangan dalam menurunkan prevalensi stunting di Indonesia. Salah satunya yakni tantangan pelaksanaan 11 intervensi spesifik penurunan stunting.
"Untuk yang spesifik, kita punya kurang lebih 11 program intervensi yang terkait remaja putri, pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri, antenatal care untuk ibu hamil, kemudian pemberian ASI eksklusif, memberikan MP ASI, memberikan makanan tambahan kalau dia punya masalah gizi, imunisasi seperti yang sekarang ini, termasuk mencegah masyarakat buang air besar sembarangan," terangnya.
Menurutnya, jika program intervensi spesifik itu bisa tercapai, maka angka stunting dapat diturunkan.
"Kalau cakupan-cakupan ini bisa tercapai sesuai Perpres 72 2021, rata-rata sekitar 80 sampai 90 persen, maka kita berharap angka stunting bisa diturunkan," katanya.
Selain intervensi spesifik, Mahmud mengatakan tantangan juga datang intervensi sensitif.
"Ada kontribusi intervensi sensitif dari lintas sektor terkait yang tidak bisa juga kita biarkan begitu saja. Misalnya, ketersediaan air bersih, terkait keluarga berencana, kemudian kaitannya juga dengan jaminan kesehatan, itu harus menjadi salah satu variabel yang diperhitungkan oleh kita agar stunting ini bisa diturunkan dari yang 2022 21,6 persen, kita berharap di 2023 bisa turun 17,8 persen," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Angka Stunting Turun Jadi 14 Persen di 2024, Mungkinkah? Ini Kata Kemenkes"