Stres saat pemilu 2024 banyak dipicu desakan keluarga dan lingkungan (Foto: Ari Saputra) |
Riset terbaru mengungkap masyarakat Indonesia dihadapi gangguan cemas hingga depresi berat pasca Pemilu 2024. Temuan ini dilaporkan Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa.
Prevalensi kecemasan warga Indonesia bahkan berada di angka 16 persen, sementara untuk gangguan depresi di 17,1 persen. Angka tersebut didapat dari analisis 1.077 responden di 29 provinsi Indonesia.
Bukan tanpa sebab, mayoritas kebanyakan orang mengalami gangguan kecemasan hingga depresi berat dipicu tekanan eksternal dalam menentukan pilihan calon presiden, calon wakil presiden, sampai calon legislatif.
Adapula yang mengalami konflik diri. Artinya, bimbang saat memutuskan memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden, meski angkanya relatif jauh lebih rendah ketimbang mereka yang secara langsung mengalami tekanan.
Inisiator Kaukus dan peneliti utama Dr dr Ray Wagiu Basrowi, MMK, mengatakan sebanyak 12 persen responden mengalami konflik diri, sementara 88 persen lainnya tidak mengalami konflik diri.
Selain konflik diri, dr Ray menambahkan bahwa salah satu faktor pemicu lainnya adalah faktor konflik eksternal. Salah satunya karena adanya perbedaan pilihan dengan pihak lain.
"Konflik diri yang dominan adalah ketika dia membuat keputusan untuk memilih, ketika seorang WNI yang diwakili responden penelitian kami menghadapi konflik selama proses pemilihan, konfliknya itu kemudian memuncak pada waktu dia harus membuat keputusan untuk memilih di tanggal 14 kemarin," tuturnya dalam pemaparan hasil survey di Jakarta Selatan, Rabu (28/2/2024).
"Satu dia sulit, dia nggak nyaman dan berpotensi mengalami gangguan kesehatan jiwa karena sulit membuat keputusan, ditambah lagi ternyata ada perbedaan pilihan politik dengan pihak lain," ungkap dr. Ray.
Dirinya merinci, faktor tekanan seperti paksaan, dengan data responden sebanyak 2 persen mengaku mendapat paksaan, dan 98 persen tidak. Selain paksaan, tekanan sendiri dapat berasal dari ajakan, seruan, kiriman materi sosial media, rekan kerja, dan juga desakan tim kampanye. Tim peneliti Kaukus Keswa juga menambahkan bahwa aktor terbesar dari tekanan sebetulnya berasal dari keluarga.
"Ternyata model seperti lu pilih ini deh, gue kirim lu sosial media yang merujuk pada satu parpol atau satu caleg atau satu pasangan capres cawapres, ternyata itu di atas persuasion. Dan itu adalah tekanan. Ketika ada keluarga yang ngirim macem-macem, itu dianggap sebagai persuasion. Dan aktor terbesar itu adalah keluarga kita sendiri," tambah dr Ray.
Dari adanya temuan baru tersebut, tim peneliti Kaukus Keswa berharap bahwa pemerintah dapat mengambil langkah-langkah preventif dan intervensi yang efektif untuk mengatasi dampak kesehatan jiwa, mengingat bahwa isu kesehatan jiwa merupakan isu global yang menjadi concern bersama.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Riset Buktikan Banyak yang Stres Saat Pemilu 2024, Ini Pemicunya"