Ilustrasi obesitas. (Foto: detikcom/Thinkstock) |
Selain memengaruhi penampilan dan mengurangi rasa percaya diri, obesitas atau kelebihan berat badan juga dapat menyebabkan sejumlah masalah pada kesehatan. Bahkan, beberapa komplikasi obesitas juga bisa mengancam nyawa jika kondisinya tidak segera ditangani.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, obesitas adalah kelainan atau penyakit yang ditandai dengan adanya penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi yang masuk dan energi yang dikeluarkan, sehingga kelebihan energi tersebut selanjutnya akan disimpan dalam bentuk lemak.
Ada beberapa cara untuk mendiagnosis obesitas. Salah satu yang paling umum digunakan adalah dengan pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), seseorang dikatakan obesitas jika IMT berada di angka 30 atau lebih tinggi.
Lalu, ada pula pengukuran lingkar pinggang yang dilakukan untuk menentukan obesitas sentral (penumpukan lemak di perut). Seseorang dikatakan obesitas jika lingkar pinggangnya lebih dari 102 cm bagi pria, dan 88 cm bagi wanita.
Komplikasi Akibat Obesitas yang Membahayakan Kesehatan
Obesitas adalah kondisi yang harus segera ditangani dengan segera. Jika tidak, obesitas dalam jangka panjang dapat memicu sejumlah komplikasi yang bisa membahayakan nyawa.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut komplikasi obesitas yang perlu diwaspadai.
1. Tekanan darah tinggi
Pengidap obesitas memiliki risiko yang lebih besar mengalami darah tinggi atau hipertensi. American Heart Association (AHA) menyebut obesitas menyumbang sekitar 65-78 persen kasus tekanan darah tinggi primer.
Hipertensi merupakan kondisi ketika darah bergerak melalui pembuluh arteri dan vena pada tekanan yang lebih tinggi dari biasanya. Orang yang memiliki tekanan darah tinggi juga rentan mengalami komplikasi berupa penyakit ginjal, stroke, serangan jantung, dan lain sebagainya.
2. Perlemakan hati
Obesitas juga dapat menyebabkan perlemakan hati. Secara spesifik, obesitas meningkatkan risiko perlemakan hati non-alkoholik, atau yang disebut juga dengan Nonalcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD).
Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Medicine (Baltimore), prevalensi NAFLD pada kelompok rentan, termasuk obesitas, adalah sekitar 60 persen. Adapun faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko NAFLD di antaranya pertambahan usia dan kurang melakukan aktivitas fisik.
NAFLD kerap tidak menunjukkan gejala hingga kondisinya berkembang menjadi steatohepatitis, yakni peradangan pada hati yang disebabkan oleh kelebihan sel lemak pada organ tersebut.
Gejala NAFLD dapat berupa:
- Jaundice, atau kekuningan pada kulit dan bagian putih mata
- Penurunan nafsu makan
- Nyeri di perut kanan atas
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Pembengkakan di tungkai dan kaki (edema)
3. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 merupakan salah satu penyakit yang sering diasosiasikan dengan obesitas. Diabetes tipe 2 adalah kondisi yang disebabkan oleh berkurangnya sensitivitas sel tubuh terhadap akitivitas hormon insulin (resistensi insulin). Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak dapat memanfaatkan hormon tersebut dengan baik untuk memproses kadar gula dalam darah.
Dalam jurnal yang dipublikasikan oleh Public England Health, orang dengan obesitas memiliki risiko tujuh kali lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dibanding orang dengan bobot tubuh ideal. Selain obesitas, risiko diabetes tipe 2 juga dipengaruhi faktor-faktor lain, seperti riwayat diabetes pada keluarga, usia, dan gaya hidup yang tidak sehat.
4. Penyakit jantung
AHA juga menyebut obesitas sebagai salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penyakit jantung. Hal ini berkaitan dengan risiko hipertensi yang lebih tinggi pada pengidap obesitas. Sebagaimana diketahui, hipertensi merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko penyakit jantung.
Selain itu, obesitas juga dapat meningkatkan risiko penumpukan kolesterol jahat (LDL) dalam pembuluh darah. Hal ini juga berkontribusi terhadap beragam penyakit jantung, seperti penyakit jantung koroner dan serangan jantung.
5. Stroke
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, obesitas dapat menyebabkan komplikasi berupa tekanan darah tinggi, kolesterol, diabetes tipe, dan penyakit jantung. Seluruh kondisi tersebut dapat memicu terjadinya penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah, yang kemudian bisa berujung menjadi stroke.
Sebuah studi yang dipublikasikan pada 2017 di Lancet Public Health menemukan orang dengan obesitas memiliki risiko terkena stroke berkali-kali lipat lebih tinggi dibanding orang dengan berat tubuh normal. Bahkan dibandingkan dengan orang yang memiliki indeks massa tubuh normal (IMT), orang dengan IMT yang sangat tinggi bisa memiliki risiko stroke hingga 10 kali lebih tinggi.
6. Kanker
Kanker adalah kondisi ketika sel dalam tubuh tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali, sehingga membentuk tumor yang menyerang jaringan sehat dalam tubuh. Kendati ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap kanker, obesitas disebut dapat meningkatkan risiko dari jenis kanker tertentu.
Dikutip dari laman National Cancer Institute, orang dengan obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap 13 jenis kanker berbeda, di antaranya:
- Endometrial
- Esophageal adenocarcinoma
- Gastric cardia
- Kanker hati
- Kanker ginjal
- Multiple myeloma
- Meningioma
- Kanker pankreas
- Kanker kolorektal (usus besar)
- Kanker kantung empedu
- Kanker payudara
- Kanker ovarium
- Kanker tiroid
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "6 Komplikasi Obesitas yang Harus Diwaspadai, Bisa Mengancam Nyawa"