Ilustrasi pasien cuci darah. (Foto: iStock) |
Belum lama ini ramai pasien pasca transplantasi ginjal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tengah harap-harap cemas menanti ketersediaan obat. Salah seorang pasien, Achwan (50) mengeluhkan kelangkaan obat ini sudah terjadi selama beberapa bulan, bahkan sejak April 2024.
"Bulan ini saya belum ada kabar sama sekali dari farmasi Kanigara RSCM untuk mengambil obat," kata Achwan di Jakarta, Jumat (26/4).
Hasil penelusuran Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menyebut obat yang rutin kosong meliputi jenis Sandimmun, Certican, dan Myfortic. Padahal, ketiganya menjadi obat utama pasien transplantasi organ.
Bila mereka tidak mengonsumsinya, risiko terbesar dari proses transplantasi ginjal yang semula dilakukan bakal mengalami rijeksi atau penolakan. Banyak pasien yang kemudian mencari jalan keluar masing-masing untuk meminjam stok obat kepada sesama pasien pasca transplantasi.
"Saya harus pinjam ke rekan sesama pasien transplantasi maupun beli dengan biaya cukup mahal sehingga sangat memberatkan saya. Saya berharap kelangkaan obat segera diatasi agar pasien tidak mengalami kecemasan secara psikologis," ujarnya.
Hal serupa dialami Salsa (27), dirinya kesulitan mendapatkan stok ketersediaan obat di tengah banyak pasien juga enggan meminjamkan obatnya karena stok untuk diri sendiri juga menipis. Sesama pasien transplantasi lain juga khawatir nantinya tidak mendapatkan stok obat tambahan. Salsa kemudian mengakalinya dengan berusaha membeli obat secara mandiri, tetapi mengurangi dosis agar harganya lebih murah.
"Saya belum pernah stop minum obat, nggak berani karena ini obat imunosupresan untuk mempertahankan ginjal baru kita nggak diserang sama imun tubuh. Jadi jelas kalau nggak minum obat ini ginjal baru akan diserang dan fungsi ginjal baru pun turun," jelas Salsa.
Ketua Umum KPCDI Tony Richard Samosir mengecam keras situasi berkelanjutan kelangkaan obat yang terjadi di RSCM selama berbulan-bulan. Dirinya menilai hal ini dapat menimbulkan ancaman serius pada pasien transplantasi dan berpotensi merusak kualitas hidup yang mereka harapkan pasca operasi.
"Untuk itu, kami mendesak Komisi IX DPR RI untuk secara proaktif memanggil Direktur Utama RSCM dan Menteri Kesehatan untuk menanggapi isu kritis obat ini dalam RDPU serta rapat kerja. Kami juga akan melaporkan persoalan ini secara paralel kepada Ombudsman" kata Tony.
Kemenkes Angkat Bicara
Kementerian Kesehatan RI menyebut hal ini terjadi lantaran adanya kendala pada distribusi obat dari vendor, sehingga pemberian obat mengalami keterlambatan dan stoknya bahkan sempat kosong. Meski begitu, hal ini sebetulnya sudah diatasi lebih lanjut oleh pemerintah.
"Kendala tersebut sudah dikomunikasikan dan saat diselesaikan bersama dengan vendor dan saat ini sebagian obat sudah diterima pasien, sedangkan sebagian yg lain sudah ditindaklanjuti dengan menghubungi pasien yang sudah dijanjikan obat oleh Instalasi Farmasi kepada pasien untuk dapat diambil obatnya," terang Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr Siti Nadia Tarmizi, kepada detikcom Jumat (3/5/2024).
Dalam waktu dekat, pihaknya memastikan seluruh pasien pasca transplantasi sudah bisa menerima obat yang dibutuhkan. Kemenkes RI juga ikut berharap hal ini tidak terulang di kemudian hari.
"Semoga kendala distribusi tidak terjadi lagi di kemudian hari," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pasien Transplantasi Ginjal di RSCM Harap-harap Cemas Stok Obat Kosong"