Foto: Agung Pambudhy |
Kasus COVID-19 di Indonesia kembali melonjak, menjadi penambahan kasus baru tertinggi sejak 26 Agustus, kala itu bertambah 4.549 kasus, sementara per Kamis (3/11/2022) total ada 4.951 kasus baru.
Tidak hanya itu, tren peningkatan juga terlihat pada kasus kematian COVID-19. Ada 43 orang yang dilaporkan meninggal per Kamis (3/11), rekor lagi sejak pertengahan April.
Menurut epidemiolog Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia, kondisi ini sudah mengkhawatirkan. Ia menilai ada keterkaitan dengan subvarian Omicron XBB yang sudah masuk Indonesia.
"Situasi mengkhawatirkan ya. Ini dampak dari penyebaran subvarian Omicron XBB yang sebenarnya bergantung dari modal imunitas," kata Dicky kepada detikcom, ditulis Jumat (4/11/2022).
Imunitas berkurang disebut Dicky bisa terjadi lantaran banyak masyarakat Indonesia belum menerima vaksinasi booster. Bahkan, kebanyakan yang divaksinasi booster sudah melampaui enam bulan pasca disuntik.
Itu artinya antibodi perlindungan diri terhadap COVID-19 kemungkinan besar sudah berkurang.
"Dan pemerintah harus bisa menjamin bahwa perilaku atau upaya kegiatan di masa transisi ini tidak menimbulkan mudahnya terjadi penyebaran. Ini bicara seberapa disiplin protokol kesehatan, vaksinasi, pengaturan kapasitas, kombinasi WFH dan WFO," ujar Dicky.
"Selain itu, kemampuan saranan layanan kesehatan dalam mendeteksi kasus juga perlu ditingkatkan mengingat angka kematian yang tengah meningkat," pesan Dicky.
Menurutnya, angka harian hingga kematian COVID-19 bisa jadi dilaporkan melampaui yang tercatat pemerintah. Karenanya surveilans diminta untuk diperketat.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kematian COVID-19 RI Ngegas Lagi, Gara-gara Booster Vaksin Seret?"