Sejumlah negara was-was terima pendatang dari China. (Foto: AP/Alessandro Bremec) |
China mencatat nihil varian baru Corona, saat lonjakan kasus COVID-19 kembali terjadi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan kematian yang dilaporkan relatif tinggi, bukan dipicu varian baru.
Tidak relevan jika akhirnya banyak negara waswas dengan wabah COVID-19 China, sampai menutup pintu masuk hingga melakukan pengetatan khusus bagi pelancong China. Negeri Tirai Bambu itu tengah kewalahan usai mendadak mencabut kebijakan zero COVID-19.
Dua penyebabnya konon dikaitkan dengan imunitas populasi China yang lemah akibat nihil antibodi pasca infeksi alamiah. Ditambah lagi, masyarakat lansia banyak yang belum menerima vaksinasi COVID-19 booster.
Mike Ryan, direktur kedaruratan WHO, mengatakan kepada media briefing bahwa angka yang saat ini dirilis China kurang memberikan gambaran lengkap. Utamanya soal kasus rawat inap, kasus pasien unit perawatan intensif dan kematian.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan badan PBB sedang mencari data yang lebih cepat dan teratur dari China tentang rawat inap dan kematian.
"WHO prihatin dengan risiko terhadap kehidupan di China dan telah menegaskan kembali pentingnya vaksinasi, termasuk dosis penguat untuk melindungi dari rawat inap, penyakit parah, dan kematian," kata dia, dikutip dari Reuters Kamis (5/1/2023).
Varian Apa yang Ada di China?
Analisis CDC China menunjukkan dominasi sublineages Omicron BA.5.2 dan BF.7 teridentifikasi di nyaris seluruh kasus lokal, menurut data yang dilaporkan oleh WHO.
Omicron tetap menjadi varian virus korona yang dominan berdasarkan genome sequencing. Itu menjawab kekhawatiran para ilmuwan soal lonjakan kasus berisiko memicu varian baru.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Corona Ngegas Bikin Banyak Negara Waswas Terima Turis China"