Hagia Sophia

27 February 2023

Dampak Resesi Seks di Jepang: Jumlah Perjaka Terus Meningkat

Foto: Penampakan Tokyo, Jepang (Rolando Fransiscus Sihombing/detikcom)

Populasi di Jepang terus menurun, seiring angka kelahiran yang rendah dan orang makin enggan menikah. Bahkan, resesi seks ditengarai makin merajalela, di mana banyak orang jomblo di sana. Malah dalam pernikahan pun, kadang tidak ada hubungan intim.

Seorang warga Jepang bernama Mariko mencemaskan kehidupan seks temannya. "Dia ingin punya bayi, tapi dia dan suami tak pernah berhubungan. Suaminya suka video game, dia tak tertarik pada seks," katanya seperti dikutip detikINET dari South China Morning Post, Selasa (21/2/2023).

Mariko sendiri masih single, meski sebenarnya dia ingin menikah dan punya anak. Mereka yang menjalani hal itu tidak sedikit di Negara Sakura itu. Hubungan romantis di Jepang makin turun dan populasinya menua paling cepat di antara negara-negara industri.

"Sekitar 25% dari anak muda Jepang saat ini mungkin akan tetap single dan tidak menikah selama hidup mereka," kata Masahiro Yamada, profesor di Chuo University.

Fenomena itu kadang dijuluki sebagai resesi seks. Tengok Shota Suzuki, seorang pekerja di Tokyo. Usai bekerja, dia suka nongkrong dengan temannya. Usianya sudah 28 tahun, tapi belum pernah pacaran dan ia juga pesimistis.

"Ya, aku perjaka. Aku ingin menikah sebenarnya, tapi aku tidak bisa menemukan pasangan. Aku tak punya cukup uang untuk menikah, hanya cukup untukku sendiri," katanya.

Pegawai lain bernama Kakeru Nakamura, mengakui hal yang sama. Orang tuanya memintanya cepat menikah, tapi ia mengaku terlalu sibuk bekerja.

Japan's National Fertility Survey menyatakan bahwa angka perjaka di Jepang meningkat, di mana 1 dari 10 pria Jepang di umur 30-an tahun masih perjaka.

"Proporsi besar dari individu itu tidak bisa menemukan pasangan," cetus Peter Ueda, periset dari Tokyo University. Dia memberi peringatan bahwa naiknya angka perjaka di Jepang merupakan yang tertinggi di antara negara berpendapatan tinggi.

Jepang pun terancam sebagai sebuah negara, karena diperkirakan populasinya bisa turun sampai separuh dalam setengah abad jika tren semacam itu tak bisa dibendung.

Penurunan seks dan angka kelahiran disebabkan beberapa faktor seperti faktor ekonomi, jam kerja yang panjang, terlalu banyak online atau main game, dan makin populernya pasangan virtual.























Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Resesi Seks di Jepang, Jumlah Perjaka Terus Meningkat"