Ilustrasi virus flu burung. (Foto: Thinkstock) |
Kemunculan kasus flu burung pada manusia di Kamboja disebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkhawatirkan, dunia ikut waswas terkait potensi penyebarannya termasuk Indonesia. Meski begitu, belakangan Kamboja memastikan gadis 11 tahun yang meninggal, bukan terpapar flu burung clade baru.
"Ya, ini adalah jenis flu burung yang lebih tua yang telah beredar di sekitar wilayah ini selama beberapa tahun dan meskipun telah menyebabkan infeksi pada manusia di masa lalu, belum terlihat menyebabkan penularan dari manusia ke manusia. Namun, itu tidak berarti bahwa ancamannya berkurang," kata Erik Karlsson, Direktu Pusat Influenza Nasional Kamboja dan penjabat kepala virologi di Institut Pasteur du Cambodge, yang melakukan sequence virus tersebut.
Namun, sebagai langkah kehati-hatian Kementerian Kesehatan RI mengimbau sederet wilayah yang perlu meningkatkan 'alarm' tinggi terkait penularan flu burung. Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mewanti-wanti bahaya transmisi di peternakan hingga konservasi satwa liar.
"Seperti lokasi peternakan unggas dan wilayah konservasi satwa liar. Tentu harus ada pengawasan yang ketat terhadap kemungkinan penularan H5N1 ke manusia," tegas dr Nadia saat dihubungi Senin (27/2/2023).
dr Nadia menyebut pihaknya sudah berkomunikasi dengan Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bilamana ada temuan suspek hingga konfirmasi kasus flu burung. Seiring dengan itu, pemerintah juga sudah merilis surat edaran.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Kementan dan KLHK untuk mengantisipasi situasi ini dengan melakukan rapat koordinasi pada 15 Februari 2023 untuk merespons SE Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nomor 16183 tahun 2023 tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap Highly Pathogenic Avian Influenza subtype H5N1 Clade 2.3.4.4b," sambung dr Nadia.
No.16183/PK.320/F/01/2023 menekankan, perlunya peningkatan kewaspadaan dalam monitoring virus influenza (Flu Burung H5N1). Dalam edaran itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan RI Nasrullah menyoroti kenaikan wabah flu burung H5N1 Clade 2.3.4.4b dan Clade 2.3.2.1c di dunia. Kematian unggas air yaitu bebek dan itik selama periode April hingga November 2022 juga terus meningkat.
Selain itu Subtipe H5N1 yang menyebutkan adanya kenaikan wabah HPAI H5N1 clade 2.3.4.4b dan clade 2.3.2.1c di dunia dan telah teridentifikasi positif virus H5N1 clade 2.3.4.4b melalui uji PCR dan sequencing di peternakan komersial bebek peking yang tidak divaksin di Provinsi Kalimantan Selatan.
"Hal ini berpotensi menyebabkan wabah, yang dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan kerugian bagi industri unggas," beber Nasrullah sembari menekankan pentingnya monitoring dan langkah antisipatif mencegah penyebaran flu burung.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Waswas Penularan Flu Burung ke Manusia, Kemenkes RI Wanti-wanti Tempat Berisiko"