Ilustrasi pandemi COVID-19 di China. Foto: REUTERS/Tingshu Wang |
Seiring kasus baru COVID-19 yang disebut mengalami penurunan di China, kini negara tersebut justru diterpa lonjakan kasus influenza musiman. Imbasnya, beberapa sekolah menghentikan aktivitas belajar-mengajar di kelas hingga pihak berwenang mengeluarkan peringatan kesehatan.
Mengacu pada data dari China National Influenza Center, jumlah wabah flu meningkat hampir tiga kali lipat dalam dua minggu terakhir, dengan 12 kasus tercatat secara nasional dalam pekan yang berakhir 19 Februari. Di China, wabah yang melibatkan setidaknya 10 orang harus dilaporkan ke otoritas kesehatan.
99 persen dan 786 sampel yang diperiksa menunjukkan hasil positif influenza A pekan itu. Virus tersebut diketahui bisa memicu gejala berupa demam, nyeri, sakit kepala, dan diare.
Otoritas kesehatan menyoroti adanya hubungan antara peningkatan kasus influenza A dengan kekebalan yang rendah, dibarengi lebih banyak orang bermobilitas pasca pembatasan COVID-19 dicabut pada Desember lalu.
Di timur, otoritas Zhejiang mengatakan influenza A tidak lazim ditemukan selama pandemi virus Corona.
"Tingkat vaksinasi (flu) rendah dalam tiga tahun terakhir dan populasi umumnya rentan," kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Zhejiang dalam sebuah pernyataan pada Selasa (1/3/2023) dikutip dari SCMP.
"Dengan penyesuaian langkah-langkah pengendalian COVID-19, mobilitas dan pertemuan kerumunan meningkat dan virus lebih mudah menyebar," sambungnya.
Sekolah di China Dihentikan
Sebagai respons atas merebaknya influenza, sejumlah sekolah di seluruh wilayah China menangguhkan kelas untuk sementara waktu dan beralih ke aktivitas pembelajaran daring.
Sementara itu menurut laporan media, persediaan Tamiflu yakni antivirus yang digunakan untuk mengobati flu musiman terpantau hampir habis di apotek.
"Influenza musiman sedang meningkat, sementara infeksi COVID-19 bersifat sporadis dan tidak ada klaster baru yang terdeteksi," kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Beijing dalam sebuah pernyataan, Senin (27/2).
Diketahui, kota tersebut mengalami peningkatan 91 persen kasus dengan gejala serupa flu dalam sepekan terakhir, terhitung hingga 19 Februari. Sekitar 23 persen di antaranya dinyatakan positif influenza.
Pada minggu yang sama, tercatat ada sebanyak 32 kasus infeksi COVID-19, melanjutkan tren penurunan setelah puncaknya pada Desember 2022.
Di seluruh China, sebanyak 12.738 kasus COVID-19 dilaporkan pada 23 Februari, beberapa hari setelah para pemimpin menyatakan 'kemenangan yang menentukan' atas pandemi COVID-19. Saat itu disinggungnya, China telah berhasil keluar dari kebijakan ketat 'Zero-COVID' sebagai 'keajaiban'.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "COVID-19 Belum Selesai, China Kini Diterpa Lonjakan Influenza Musiman"