Ilustrasi flu burung. (Foto: AFP via Getty Images/CHAIDEER MAHYUDDIN) |
Kasus flu burung yang baru-baru ini ditemukan di dua penduduk desa Kamboja, tidak menunjukkan tanda-tanda penularan antarmanusia.
Sebelumnya dilaporkan seorang gadis Kamboja berusia 11 tahun dari sebuah desa di Prey Veng meninggal pada 22 Februari di sebuah rumah sakit di ibu kota, Phnom Penh, Kamboja, tak lama setelah tes memastikan bahwa dia mengidap flu burung Tipe A H5N1.
Ayahnya dites positif terkena virus sehari setelah kematiannya, tetapi tidak menunjukkan gejala dan dikeluarkan dari RS tempat dia diisolasi. Dia dipulangkan setelah tiga tes dinyatakan negatif.
Kementerian Kesehatan Kamboja mengatakan ayah dan anak itu adalah satu-satunya penduduk desa di antara lebih dari 24 orang yang diuji.
"Ayah dan anak perempuan itu terinfeksi dari unggas di desa mereka, dan tidak ada indikasi atau bukti bahwa ada infeksi dari ayah ke anak perempuannya," tulis pernyataan resmi otoritas tersebut dikutip dari APNews, Senin (6/3/2023).
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan situs jurnal ilmiah Nature, seorang ahli virologi yang berbasis di Kamboja mengatakan gadis yang meninggal itu telah terinfeksi dengan jenis virus flu burung yang berbeda dari yang telah menyebar ke seluruh dunia selama setahun terakhir.
Erik Karlsson dari Institut Pasteur Kamboja di Phnom Penh, bagian dari tim yang menguji sampel virus dari gadis itu, mengatakan bahwa virus tersebut sudah terdeteksi dalam kelompok yang telah ditemukan pada ayam dan bebek di wilayah tersebut setidaknya satu dekade terakhir. Gadis itu adalah orang pertama di Kamboja yang diketahui terdeteksi mengidap H5N1 sejak 2014.
Dia mengatakan tidak jelas mengapa gadis itu tertular virus setelah sekian lama tanpa kasus, tetapi menyarankan itu mungkin terkait dengan "banyak perubahan global dalam praktik pertanian karena pandemi COVID-19 yang dapat terjadi. menciptakan kondisi untuk limpahan."
"Kita tahu, di Kamboja, pandemi meningkatkan jumlah peternakan unggas di halaman belakang. Banyak orang, misalnya pemandu wisata, tidak bisa bekerja dan harus menambah penghasilan dan sumber makanan untuk keluarga mereka," katanya.
"Di seluruh dunia, orang masih berjuang, yang mengakibatkan perubahan dalam praktik pertanian yang dapat meningkatkan risiko limpahan. Dan perubahan kesehatan masyarakat, misalnya kekurangan gizi atau kelebihan berat badan, dapat membuat orang lebih rentan terinfeksi," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Boleh Lega, Kasus Flu Burung Ayah-Anak di Kamboja Bukan Transmisi Manusia"