Hagia Sophia

30 March 2023

Mana yang Lebih Berbahaya? Virus Marburg atau COVID-19?

Virus Marburg vs COVID-19, mana yang lebih berbahaya? (Foto: Getty Images/iStockphoto/Tomas Ragina)

Di tengah transisi pandemi COVID-19 menuju endemi, hadir virus Marburg yang dikhawatirkan bakal menjadi pandemi selanjutnya. Virus tersebut dilaporkan menyebar luas di Afrika dengan angka kematian yang sangat tinggi.

Sejauh ini, WHO melaporkan adanya 29 kasus virus Marburg di Guinea Khatulistiwa, termasuk 27 kasus kematian. Selain itu, di Tanzania juga melaporkan adanya delapan kasus per 22 Maret 2023, dengan lima di antaranya meninggal dunia.

"Konfirmasi kasus-kasus baru ini adalah sinyal penting untuk meningkatkan upaya respons untuk menghentikan rantai penularan dengan cepat dan mencegah potensi wabah skala besar dan korban jiwa," kata Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika, dikutip dari Daily Mail UK.

Virus Marburg Vs COVID-19, Mana yang Lebih Berbahaya?

Epidemiolog Griffith University dr Dicky Budiman, MSc,PH menyebut kedua virus ini memiliki sama-sama berbahaya. Hal tersebut dikarenakan virus tersebut merupakan memiliki RNA (asam ribonukleat) dalam materi genetiknya.

Berbeda dengan virus DNA (asam deoksiribonukleat), virus RNA lebih mudah bermutasi.

"Kedua virus ini merupakan RNA Virus, yang artinya potensi dia bermutasi kecenderungannya RNA itu lebih cepat, dibandingkan DNA," ujar dr Dicky dihubungi detikcom, Rabu (29/3/2023).

Meski demikian, virus Marburg terkesan lebih berbahaya karena belum ada vaksin maupun obat-obatan yang meringankan gejalanya. Sementara, COVID-19 sudah memiliki vaksin maupun obat-obatan.

"Berbeda dengan Marburg, Marburg virus itu, vaksin nggak ada, obat juga nggak ada. Jadi, ini yang membuat Marburg terkesan lebih berbahaya," kata dr Dicky.

"Sebenarnya, kalau dibedakan hampir sama, yang membedakan yaitu adanya vaksin dan obat," lanjutnya.

Perbedaan virus Marburg dan COVID-19

Selain tidak tersedianya obat dan vaksin untuk virus Marburg, dr Dicky menyebut sejumlah perbedaan Marburg dan COVID-19, di antaranya:

1. Media Penularan
Kedua virus ini ditularkan melalui kontak erat antara pasien dengan orang yang sehat. Namun pada virus Marburg, biasanya ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah, urine, muntah, dan feses. Sementara pada COVID-19 ditularkan melalui droplet (cairan yang dikeluarkan ketika bersin, batuk, bahkan berbicara)

2. Asal usul virus
Virus Marburg
Virus Marburg diketahui pertama kali terjadi pada 1967, ketika sebanyak 31 orang terinfeksi, tujuh di antara mereka meninggal secara bersamaan di Kota Marburg dan Frankfurt, Jerman. Dua kasus lainnya terjadi di Serbia.

Wabah itu dikaitkan dengan pekerjaan laboratorium menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda.

"Setelah diperiksa akhirnya ditemukan saat itu bahwa ini ada virus dari keluarga Filoviridae namanya. Ini satu keluarga dengan ebola virus yang juga satu kelompok itu," terang Dicky.

Virus COVID-19
Sementara itu, masih banyak teori mengenai asal usul virus corona atau COVID-19 hingga saat ini. Baru-baru ini, ilmuwan menemukan COVID-19 berasal dari anjing rakun di pasar hewan Wuhan, China.

3. Gejala yang ditimbulkan
Salah satu karakteristik virus Filoviridae yaitu menyebabkan demam berdarah (hemorrhagic fever). Sementara itu, COVID-19 menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan.

"Kalau di COVID, bukan hanya berhenti di saluran napas, tetapi juga berdampak ke organ vital lain," kata Dicky.

4. Angka kematian
Angka kematian virus Marburg sebesar 24-90 persen. Sedangkan, angka kematian COVID-19 jauh lebih rendah yaitu kurang dari 2 persen. Rendahnya angka kematian dipengaruhi oleh perkembangan vaksin dan pengobatan COVID-19 secara global.

5. Masa inkubasi
Masa inkubasi virus Marburg lebih lama, yaitu berkisar antara 2-21 hari. Sementara itu, masa inkubasi COVID-19 yakni 2-14 hari.

Apakah Virus Marburg Berpotensi Menjadi Pandemi?

Menurut dr Dicky, virus Marburg memiliki potensi menjadi pandemi. Ia menyebutkan tiga kriteria, di antaranya:

1. Manusia tidak memiliki imunitas
Salah satu kriteria suatu penyakit menjadi pandemi yaitu manusia tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut.

2. Tidak ada vaksin atau obat
Hingga saat ini, vaksin atau obat-obatan virus Marburg belum tersedia. Sehingga, imunitas manusia belum terbentuk untuk melawan virus tersebut.

3. Mobilitas manusia semakin tinggi
Seiring berkembangnya zaman, mobilitas juga manusia semakin tinggi. Kondisi ini memungkinkan penyebaran virus semakin meluas.

dr Dicky menyebut, kriteria paling penting agar suatu penyakit tidak menjadi pandemi yaitu imunitas. Oleh sebab itu, ia menyarankan agar riset terkait obat dan vaksin lebih gencar.

"Nah artinya, harus gencar melakukan riset, obat, dan vaksin," kata dr Dicky.






















Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Virus Marburg Vs COVID-19 Lebih Fatal Mana?"