Ilustrasi anak yang mengalami fatherless. (Foto: iStock) |
Indonesia disebut negara fatherless tertinggi ketiga di dunia. Topik terkait fatherless sedang ramai dibicarakan netizen di media sosial. Mereka menyoroti peran ayah dalam keluarga, khususnya dalam tumbuh kembang seorang anak.
Istilah fatherless merujuk kepada tekanan emosional yang diakibatkan dari kehilangan sosok ayah, baik secara fisik maupun psikis. Istilah ini juga sama dengan father absence, father hunger, atau father deficit.
Menurut psikolog klinis anak dan remaja Monica Sulistiawati, MPsi, Psikolog, fatherless tidak hanya dialami oleh anak yang ditinggal mati ayahnya (yatim). Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh oleh berbagai faktor seperti pernikahan jarak jauh atau long distance marriage (LDM), orang tua bercerai (divorced), atau orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
"Fatherless itu adalah si ayah sebetulnya ada. Jadi si anak itu punya ayah, tapi kehadirannya secara fisik maupun secara psikologis itu sangat minim," ujar Monica, dalam sesi bincang detikPagi, Senin (15/5/2023).
Tips Mencegah Fatherless
Monica menyebut, pengasuhan anak tidak hanya tanggung jawab ibu namun juga ayah. Mengacu pada sebuah penelitian, Monica menyebut ada dampak positif apabila anak memiliki kedekatan emosional dengan ayahnya, di antaranya:
- Memiliki kemampuan komunikasi yang baik
- Memiliki tingkat resiliensi ketika menghadapi masalah
- Memiliki kemampuan problem solving (menyelesaikan masalah) dengan baik
"Kemudian dengan problem solving yang baik dia mampu beradaptasi di lingkungan dengan lebih baik, dengan situasi-situasi yang kurang menyenangkan. Sehingga tingkat depresinya jadi lebih rendah," ujar Monica.
Salah satu faktor yang menyebabkan anak mengalami fatherless yaitu kurangnya waktu yang dihabiskan untuk anak. Namun untuk hubungan yang baik tidak hanya dihitung oleh kuantitas, melainkan kualitas.
"Tentu, waktu yang lebih banyak diharapkan bisa membangun bonding hubungan yang lebih baik. Tapi, kalau waktunya terbatas bagaimana? Nah, kalau waktunya terbatas tentu yang diutamakan adalah kualitas," kata Monica.
Di era serba modern, Monica menyarankan agar ayah yang super sibuk bisa menyempatkan waktunya untuk berkomunikasi meskipun terpisah jarak. Misalnya, dengan menggunakan aplikasi teleconference.
"Misalnya via Zoom, ini kan bisa dipakai untuk berkomunikasi dengan si anak, menjalin hubungan dengan si anak. Memang akan menjadi challenging, tapi tidak mustahil untuk dilakukan demi si anak," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Fenomena Fatherless di RI dan Dampaknya pada Tumbuh Kembang Anak"