Pemeriksaan melanona. (Foto ilustrasi: Thinkstock) |
Dermatolog di Oregon Health and Science University, Amerika Serikat, menemukan kanker kulit terkecil di dunia. Kanker kulit atau melanoma ini diidap oleh seorang wanita bernama Christy Staats.
Christy Staats awalnya risih karena melihat adanya titik merah di bawah matanya yang sudah ada selama bertahun-tahun. Dia telah mengunjungi beberapa dokter kulit, tetapi selalu diberitahu bahwa dia baik-baik saja.
"Selama COVID, saya mulai lebih memikirkan kesehatan saya. Saya memiliki cermin pembesar di kamar mandi saya dan melihat tempat yang saya khawatirkan jauh lebih besar dan memiliki 'kaki' di atasnya," katanya dalam rilis dari Oregon Health and Science University (OHSU) dikutip Kamis (4/5/2023).
Meskipun bintik itu jinak, selama pemeriksaannya, dokter kulit Staats melihat bintik kecil lain di dekatnya: Titik yang lebih kecil dari ujung bolpoin halus, dan hampir tidak terlihat oleh mata manusia.
Tanda 0,65 mm yang ditemukannya ternyata adalah melanoma versi "mikro", yang dianggap sebagai kanker kulit paling mematikan karena dapat menyebar ke organ lain.
Penemuan dan diagnosis tersebut membuat tim dokter kulitnya mendapatkan Rekor Dunia Guinness pada awal Januari karena mendeteksi kanker kulit terkecil di dunia.
Untuk mengidentifikasi kanker mikro-kulit ini, Alexander Witkowski, MD, PhD, asisten profesor dermatologi di Fakultas Kedokteran OHSU, menggunakan kombinasi dermoskopi, pemeriksaan lesi kulit dengan dermatoskop dan Reflectance Confocal Microscopy, yang merupakan alat pencitraan yang membantu dokter memantau dan mendiagnosis lesi kulit tanpa perlu memotong kulit.
Tiga rekan dokternya kemudian membantu memastikan diagnosis dengan menerapkan teknik pewarnaan dan pengujian molekuler tambahan.
Kasus kanker kulit yang telah dipublikasikan di jurnal National Library of Medicine ini adalah mikro-melanoma in-situ, sejenis kanker yang ditemukan secara eksklusif di lapisan atas kulit. Witkowski mengatakan ini penting karena "ditemukan sebelum sempat menyebar ke bagian tubuh yang lain."
"Saya mengambil foto titik tersebut dengan lampiran smartphone Sklip, kemudian melakukan pencitraan tambahan dengan reflektansi confocal microscopy (biopsi virtual) yang menunjukkan sel-sel atipikal yang terkait dengan melanoma," kata Dr Witkowski.
Witkowski kemudian mengambil biopsi fisik dari tahi lalat yang menjadi perhatian, dan tim OHSU mengevaluasinya dengan pengujian patologi dan molekuler. Hasil tersebut mengkonfirmasi diagnosis melanoma in situ yang sangat kecil.
Staats bersyukur melanomanya tertangkap sebelum bisa tumbuh atau menyebar. Dia bilang dia yakin dia berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat.
"Saya yakin semua orang bisa seberuntung saya dengan teknologi yang tepat. Jika mereka dapat menemukan milik saya saat masih sangat dini, tidak perlu khawatir bahwa teknologi ini dapat membantu orang lain," ujar Staats.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Catat Rekor Tak Biasa, Wanita Ini Punya Kanker Kulit Terkecil di Dunia"