Foto: Grandyos Zafna |
Kasus COVID-19 di Indonesia kembali 'ngegas', angka positivity rate bahkan berada di 17,4 persen. Artinya, masih banyak kasus COVID-19 di masyarakat yang belum teridentifikasi.
Selain itu, laporan kasus kematian baru dari semula konsisten berada di bawah 10, bahkan 5 per hari, kini merangkak naik di puluhan kasus yakni tertinggi 37 kasus per hari. Sejauh ini, di gelombang Omicron pasca munculnya varian Arcturus kasus tertinggi dilaporkan pada 29 April melampaui 2 ribu kasus.
Catatan itu sekaligus menjadi yang terbanyak selama 10 bulan terakhir. Pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menjelaskan tren kenaikan tersebut perlu diwaspadai.
"Angka kematiannya ini jauh lebih tinggi, walaupun ini tentu juga dipengaruhi berbagai faktor, tapi data awal ini saja sudah menunjukkan kita perlu waspada berhati-hati angka RS-nya di antara 25-30 persen itu yang terpapar dan dari yang dirawat itu satu dari tiga membutuhkan oksigen," terang dia kepada detikcom Rabu (3/5/2023).
Jika tren tersebut meningkat, bukan tidak mungkin beban RS bakal terus bertambah sehingga berisiko kewalahan. Karenanya, pemerintah disebutnya perlu melakukan mitigasi kuat berjaga-jaga kasus COVID-19 kembali melonjak.
Pada gelombang Omicron Arcturus, kelompok paling berisiko relatif tidak banyak berbeda dengan varian COVID-19 sebelumnya yakni kelompok lansia, anak di bawah 5 hingga 3 tahun, pengidap komorbid, khususnya diabetes adalah kelompok dengan risiko atau kerentanan paling tinggi.
Mereka juga rentan kembali tertular COVID-19 atau mengalami reinfeksi.
"Dan untuk itulah mitigasinya sebenarnya tidak berbeda, vaksinasi tapi kalau saya boleh menganjurkan untuk Arcturus ini untuk kelompok paling rawan ini vaksin bivalent sudah lebih spesifik merespons varian Omicron," pungkas dia.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kasus COVID-19 RI Tertinggi Sejak 10 Bulan Terakhir, Kelompok Ini Paling Berisiko"