Hagia Sophia

04 May 2023

Korut Juga Alami Penurunan Jumlah Kelahiran, Diduga Ini Penyebabnya

Korea Utara juga mengalami penurunan angka kelahiran, ternyata ini penyebabnya. (Foto: AP/Jon Chol Jin)

Korea Selatan kini menghadapi penurunan angka kelahiran imbas mahalnya biaya untuk membesarkan anak. Senasib, Korea Utara juga mengalami permasalahan serupa. Namun berbeda penyebabnya, penurunan angka kelahiran di Korea Utara dipicu oleh kelaparan dan kesulitan ekonomi yang berlangsung terus-menerus.

Mengacu pada laporan berjudul "State of World Population 2022," yang diterbitkan oleh United Nations Population Fund, tingkat kesuburan atau jumlah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita seumur hidup di Korea Utara mencapai 1,9 pada 2022. Angka tersebut masih di bawah tingkat penggantian 2,1, sehingga populasinya stabil di bawah 26 juta.

Korea Utara mengalami penurunan kelahiran secara bertahap setelah bencana kelaparan terjadi pada pertengahan dan akhir 1990-an. Pada tahun tersebut, sekitar 2 juta orang dilaporkan meninggal dunia karena kelaparan.

Ditambah, penurunan tingkat kesuburan menyebabkan populasi yang menua. Jumlah warga Korea Utara berusia 65 tahun ke atas menyumbang 9,75 persen pada 2022, naik 0,1 poin persentase dari tahun sebelumnya, menurut data Badan Intelijen Pusat AS.

Angka tersebut membuat Korea Utara menjadi 'masyarakat lanjut usia', dengan persentase penduduk berusia di atas 65 tahun di atas 7 persen.

Kelahiran yang rendah dan populasi yang menua dengan cepat menjadi perhatian rezim Korea Utara. Pasalnya, penyusutan jumlah tenaga kerja dapat berdampak buruk pada industri padat karya negara tersebut.

Mengacu pada situs propaganda Korea Utara DPRK Today, negara tersebut telah memperkenalkan berbagai kebijakan untuk mendorong lebih banyak kelahiran, berfokus pada pemberian uang tunai dan tindakan afirmatif.

Salah satunya, ibu dari tiga anak atau lebih berhak mendapat prioritas dalam menerima perawatan medis di rumah sakit setempat, serta subsidi pemerintah sampai anak bungsu mereka lulus SMA pada usia 17 tahun.

Mereka juga diizinkan untuk 'secara bebas' meminta cuti mengasuh anak jika anak mereka berusia 17 tahun ke bawah.

Di samping itu, menurut Kelompok Antar Lembaga PBB untuk Estimasi Kematian Anak, angka kematian anak berusia di bawah 5 tahun di Korea Utara diperkirakan ada sebanyak 15,4 per 1.000 kelahiran pada 2021.





























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Korea Utara Juga Alami Penurunan Kelahiran, Tapi Bukan gegara Warga Ogah Kawin"