Ilustrasi stunting. Foto: Rifkianto Nugroho |
Perkara stunting bak masih menjadi 'PR' besar di Indonesia. Pasalnya tak hanya berimbas pada kondisi fisik yang cenderung pendek dan rentan terhadap penyakit, aspek kognitif juga ikut terdampak oleh stunting. Artinya, stunting berisiko mempengaruhi kesehatan, pendidikan, dan produktivitas generasi Indonesia di masa depan.
Menyusul itu, implementasi upaya pencegahan stunting kini menjadi fokus di banyak wilayah. Di Kabupaten Purbalingga misalnya, pihak puskesmas, rumah sakit, dan pemerintah bekerja sama mengupayakan agar setiap balita bisa mendapatkan intervensi khusus terkait pencegahan stunting.
Upaya tersebut mencakup tiga lapisan. Pertama, melalui pemberian susu dan telur di setiap posyandu. Kedua, yakni deteksi dini dengan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 2 minggu sampai 1 bulan. Ketiga melalui pemberian Pangan Olahan Untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK), yang hanya bisa diberikan di RS.
"Metode ini dirasa cukup efektif menurunkan angka stunting. Di desa Karangaren selama 6 bulan dapat menurunkan 6 persen stunting dari 18 persen menjadi 12 persen. Diharapkan apabila anggaran cukup, bisa diterapkan ke 57 desa lainnya," beber Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, dr Jusi Febrianto.
Senada, dokter spesialis anak dr Adrian, SpA menyebut upaya penurunan stunting juga perlu dibarengi dengan edukasi kepada masyarakat.
"Informasi itu biasanya mereka (ibu dari anak stunting) sampaikan melalui salah satu aplikasi berkirim pesan dan panggilan. Mereka diberi akses untuk menginformasikan kepada petugas kesehatan mengenai upaya yang telah dilakukan guna menurunkan stunting," jelasnya.
Pada dasarnya, pencegahan stunting tak harus selalu dengan konsumsi daging hewani yang mahal seperti daging sapi. Olahan ikan, termasuk lele pun sebenarnya bisa menjadi salah satu upaya pencegahan stunting.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo, SpOG. Menurutnya, banyak orang Indonesia salah paham tentang cara memenuhi kebutuhan gizi. Banyak orang berpikir, gizi yang baik harus mahal. Padahal, sumber protein hewani semurah ikan lele pun tidak kalah baik nutrisi dan khasiatnya mencegah stunting.
"Mindset tentang pola makan kita masih salah. Mereka masih menganggap bahwa daging ini mahal, ikan yang mahal lebih baik daripada ikan yang murah," beber dr Hasto saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.
"Lele saja jauh lebih baik daripada daging sapi yang harganya 120 ribu. Lele harganya 18 ribu untuk ibu hamil dan balita lebih bagus lele. Tapi orang-orang sering menurut saya gaya. Artinya kalau punya hajatan, kalau nggak daging disajikan nggak merasa keren," imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Sederet Cara Cegah Stunting, Tak Harus dengan Keren-kerenan Makan Daging Sapi"