Seorang wanita menceraikan suaminya mengaku kena mental mengurus suaminya yang idap kanker testis. (Foto: iStock) |
Seorang wanita buka-bukaan menceraikan suaminya yang sekarat karena kanker. Dia telah merawat suaminya selama lima tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk bercerai.
Yana Fry dari St Petersburg, Rusia, yang sekarang tinggal di Singapura, menikah ketika dia baru berusia 22 tahun, berharap tidak menikah sebelum umurnya yang ke 30 tahun.
Mantan suaminya, yang 15 tahun lebih tua darinya, didiagnosis mengidap kanker testis tiga bulan setelah pernikahan mereka.
Bercerita kepada Caters News Agency, Yana bertemu suaminya sekitar setahun sebelum mereka menikah. Hubungan keduanya berjalan baik sebelum suaminya mengidap kanker testis.
Wanita yang saat ini berusia 40 tahun itu mengungkapkan dia menikah dengan mantan suaminya karena berpikir pernikahan mereka akan bertahan seumur hidup. Tetapi keinginannya untuk menjadi ibu bermasalah ketika suaminya kanker testis.
"Suami saya yang berusia 37 tahun didiagnosis menderita kanker testis ketika saya berusia 22 tahun. Kemungkinan orang meninggal akibat kanker testis tidak setinggi jenis kanker lainnya. Biasanya, dokter memberitahu Anda bahwa kecuali ada semacam pengecualian besar, Anda akan bertahan cukup lama," ungkap Yana.
"Tapi aku khawatir kami tidak akan bisa punya anak," sambungnya.
Yana menjelaskan bahwa meskipun ada banyak dukungan yang tersedia bagi orang-orang yang terdiagnosis kanker, hal tersebut tidak diberikan kepada orang-orang di sekitar mereka. Dia menuturkan masyarakat kurang menyadari masalah kesehatan mental yang muncul pada orang yang merawat pasien kanker.
"Saya berharap yang terbaik bagi mantan suami saya, tetapi kemudian tahun-tahun berlalu, dan saya mulai kehilangan harapan. Lima tahun dengan semua perawatan, dan itu mulai mengubah dinamika dalam hubungan kami," jelasnya.
Setelah bertahun-tahun merawat pasien kanker, dia mengatakan mengalami masalah mental. Jika sebelumnya dia merasa cukup tegar, segalanya berubah ketika salah satu temannya bunuh diri.
Momen itu menjadi titik balik Yana mengambil keputusan untuk menceraikan mantan suaminya meski saat-saat tersebut berat untuk mereka berdua.
"Orang-orang mengirimi saya pesan yang mengerikan. Saya tidak ingin menyebutnya kebencian, tetapi hampir seperti itu. Orang-orang kesakitan dan mereka ingin menyalahkan seseorang. Keluarganya sangat kecewa," kata Yana.
Sementara Yana menghadapi hujatan karena meninggalkan suaminya yang sakit pada usia 27 tahun, dia masih terus mendukungnya dan menemaninya kontrol rutin setelah mereka berpisah.
Dia kemudian memulai proses sulit mengukir kehidupan dan identitas sendirian, setelah gagal membangun jalur karier yang kokoh untuk dirinya sendiri pada saat itu dalam hidupnya.
Setelah sekian lama, akhirnya dia tidak menyesali keputusannya untuk memilih dirinya sendiri. Yana berharap dengan berbagi pengalamannya, orang lain, terutama perempuan, akan menemukan keberanian untuk melakukan apa yang benar untuk diri mereka.
"Saya merasa kami, terutama wanita, biasanya dibesarkan dengan mentalitas untuk melayani orang lain, tetapi ketika Anda menentangnya, Anda belajar banyak tentang ketahanan dan kesadaran diri," katanya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Curhat Wanita Ceraikan Suami yang Idap Kanker Testis, Ngaku Kena Mental"