Hagia Sophia

14 August 2023

Tangsel Jadi Kota Paling Berpolusi di Indonesia pada Juli 2023, Inikah Pemicunya?

Foto: Alethea Pricila/detikHealth

Kualitas udara Tangerang Selatan, khususnya warga Serpong di bulan Juli 2023 setara merokok 112 batang. Tangsel menjadi kota paling berpolusi di Indonesia pada periode tersebut dengan konsentrasi PM 2.5 60 (µg/m3), 28 persen lebih buruk ketimbang ibu kota DKI Jakarta.

Ternyata, tren ini sudah terjadi selama tiga bulan berturut-turut menurut data sensor Nafas, aplikasi pemantau kualitas udara di Indonesia. Bahkan, di Juli terjadi peningkatan dari sebelumnya Mei, konsentrasi PM 2.5 sebanyak 56 (µg/m3).

Jika dirinci lebih lanjut, selain warga Serpong, penduduk Pamulang dan Ciputat juga wajib waspada lantaran masuk 10 wilayah teratas dengan kualitas udara paling tidak sehat di Tangsel. Pamulang mencatat konsentrasi PM 2.5 di angka 65 (µg/m3), sementara Ciputat Timur di 57 (µg/m3).

Kepada detikcom, Nafas mencoba menjabarkan sejumlah 'biang kerok' di balik tingginya polusi Tangsel dalam tiga bulan terakhir, 'juara' kota berpolusi di RI.

"Kualitas udara di suatu wilayah dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya sumber polusi hiperlokal di daerah tersebut, polusi PM 2.5 sekunder atau yang terbentuk di atmosfer, hingga sumber polusi bawaan dari daerah lain," jelas mereka dalam keterangan tertulis yang diterima Sabtu (12/8/2023).

"Saat ini belum ada penelitian khusus mengenai source apportionment (SA) di Tangerang Selatan, sehingga kita tidak bisa mengetahui dengan pasti apa saja dan berapa besar porsi suatu sumber polusi yang mencemari udara di suatu wilayah. Namun secara umum, sumber polusi udara sebagian besar berasal dari aktivitas manusia, bagaimana kita bergerak (transportasi), bagaimana kita memproduksi (industri), bagaimana kita menghasilkan daya (energi), hingga bagaimana kita mengelola limbah atau sampah."

Sumber lainnya menurut Nafas berasal dari aktivitas alam seperti banyaknya laporan pembakaran sampah di sejumlah lokasi Tangsel. Faktor lain yang juga tak bisa dihindari adalah faktor meteorologis.

Kualitas udara buruk di Tangsel dipengaruhi suhu panas dan masuknya musim kemarau. Inilah yang kemudian meningkatkan kondisi atmosfer sekitar Tangsel amat mendukung untuk 'menjebak' polutan dekat permukaan, sehingga kumpulan polusi menjadi tinggi dan tidak bergerak kemana pun.

"Selain itu, pergerakan sistem cuaca skala besar, contohnya badai laut (siklon tropis). Semakin melemah sistem ini dapat berkontribusi pada pelemahan angin di sekitar Tangsel. Di sisi lain, keberadaan lokasi geografis Tangsel pun kurang optimal bagi angin dari laut untuk masuk ke wilayah ini guna membantu 'membersihkan' polusi PM2.5 dengan menghamburkannya ke daerah lain," sambung Nafas.

Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Dirjen Pengendalian Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Luckmi Purwandari membeberkan ada banyak perbedaan pengukuran indeks pencemaran udara, baik diukur berdasarkan dengan baku mutu udara ambiennya. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang di tenggang keberadaannya dalam udara ambien.

"Pengaturan WHO di Global Air Quality Guideline, setiap negara dibolehkan, baik negara maju maupun berkembang untuk menentukan baku mutu udara ambiennya. Udara ambien beda dengan emisi ya," ujarnya saat ditemui detikcom di Jakarta Timur, Jumat (11/8/2023).

"(Baku mutu udara ambien) Itu ditentukan berdasarkan topografi, geografi suatu negara, musimnya, ekonomi, teknologi, semuanya dan melalui kajian. Indonesia sudah punya juga, namanya baku mutu udara ambien. Itu diperketat dari tahun 1999, sekarang yang terbaru tahun 2021. Indeks tanda pencemaran udara, negara lain macam-macam namanya, juga dibolehkan membuat sendiri perumusan indeks udara yang berbeda dan menggunakan baku mutu udara ambien berbeda," sambungnya.

Selain baku mutu udara ambien yang berbeda, Luckmi mengatakan parameter dalam mengukur indeks kualitas udara tidak bisa hanya mengacu pada satu jenis saja.

"Parameternya kan banyak. Ada yang diukur 24 jam atau harian, ada yang tahunan. Jadi data udara itu nggak bisa sesaat-sesaat, nggak begitu cara ngukurnya," imbuhnya.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Tangsel 'Juara' Kota Paling Berpolusi Juli 2023, Ini Kemungkinan Pemicunya"