Hagia Sophia

22 September 2023

Rusia Krisis Pasokan Obat-obatan, Sanksi Akibat Perang?

Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Supersmario)

Perang yang dilancarkan Presiden Vladimir Putin terhadap Ukraina kini menjadi bumerang yang mengancam negaranya sendiri. Rusia kini dilaporkan tengah mengalami krisis pasokan obat-obatan, dan hal tersebut terjadi akibat sanksi yang diberikan negara-negara barat terhadap aksi invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.

Dikutip dari Newsweek, selama beberapa tahun terakhir berbagai jenis obat-obatan mulai menghilang dari apotik-apotik di Rusia. Beberapa obat yang pasokannya menipis tersebut antara lain obat-obatan untuk diabetes dan kardiovaskular, obat hipertensi, antidepresan, antitumor, antibiotik, antipiretik, dan lain sebagainya.

Selain itu, Kementerian Kesehatan Rusia pada Januari lalu juga merilis daftar 97 obat-obatan yang pasokannya berpotensi mulai menipis. Kondisi tersebut membuat harga obat-obatan yang tersedia menjadi semakin meroket, sehingga menimbulkan kekhawatiran termasuk di kalangan tenaga medis.

Lantas, apa penyebab berkurangnya pasokan obat-obatan di Rusia? Menurut laporan, menipisnya pasokan obat-obatan tersebut merupakan imbas sanksi yang ditetapkan negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Kanada, dan sejumlah negara-negara Eropa. Sanksi itu dijatuhkan sebagai hukuman dan bentuk penolakan terhadap aksi invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.

Sanksi yang ditetapkan negara-negara barat tersebut memang tidak berlaku untuk obat-obatan ataupun peralatan medis. Namun, sanksi tersebut secara signifikan memengaruhi logistik atau pengadaan barang-barang di pasar Rusia. Banyak perusahaan-perusahaan ekspedisi besar yang menghentikan layanan mereka di Rusia, sehingga memengaruhi jadwal pengiriman.

Tak hanya itu, perusahaan farmasi dari sejumlah negara ikut menghentikan suplai pasokan obat-obatannya ke Rusia. Salah satunya adalah perusahaan farmasi asal AS, Eli Lily, yang memproduksi obat antidepresan jenis Prozac. Pada April 2023 lalu, perusahaan tersebut menarik diri dari pasar Rusia sebagai bentuk protes terhadap aksi Putin terhadap Ukraina.

Hal serupa dilakukan Boehringer Ingelheim, perusahaan farmasi asal Jerman yang memproduksi obat hipertensi jenis Micardis. Sejak Januari 2023, perusahaan tersebut memutus pengiriman pasokan obat-obatan ke Rusia.

Selain itu, pasokan obat-obatan seperti antibiotik Amoxiclav dan obat kanker jenis Tamoxifen juga mulai menghilang dari sejumlah apotik di Rusia.

"Aku tidak bisa memberitahu secara pasti obat-obatan apa saja yang menghilang. Yang aku tahu saat ini kita tidak memiliki pasokan obat diabetes Ozempic, karena orang-orang mencari dan berusaha menemukan obat tersebut," ujar ahli bedah Alexander Vanyukov, dikutip dari Newsweek, Rabu (20/9/2023).

"Bukan suplainya yang berhenti, tapi jalur pengiriman obat-obatan dari negara-negara lain menuju Rusia sekarang menjadi tidak bisa diprediksi, lama, dan semakin mahal. Sepertinya ini yang menjadi alasan obat-obatan tersebut menghilang, karena tidak menguntungkan untuk diangkut, sulit. Kemungkinan besar karena ini," ucapnya lagi.

Vanyukov juga menyinggung dampak pengiriman yang lama terhadap kondisi obat-obatan yang dikirim.

"Karena waktu pengiriman yang semakin lebih lama, masa penyimpanan obat-obatan tersebut bisa saja kadaluwarsa saat dalam perjalanan," pungkasnya.




























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Rusia Dilanda Krisis Pasokan Obat, Warga Terancam Sakit-sakitan"