Ilustrasi situasi panas di DKI Jakarta (Foto: Grandyos Zafna) |
Beberapa hari ini suhu panas melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan data prakiraan cuaca BMKG pada hari ini, Sabtu (30/9/2023) pukul 13.00 WIB, suhu di beberapa titik wilayah DKI, seperti Jakarta Selatan berada pada 35 derajat celcius. Kemudian di Tangerang dan sekitarnya juga tercatat suhu mencapai 35 derajat celcius di waktu yang sama.
Tak dapat dipungkiri, cuaca panas yang ekstrem seperti ini membuat masyarakat khawatir terkait dampaknya. Selain mengganggu aktivitas, suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan sejumlah potensi penyakit, seperti dehidrasi hingga demam tinggi.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, sebagian wilayah Indonesia bagian Selatan saat ini cenderung masih musim kemarau. Adapun hal tersebut disebabkan dari angin timur yang berasal dari belahan bumi selatan yang membawa massa udara kering masih cukup kuat berhembus.
Pengaruh El Nino dan IOD Positif menyebabkan potensi pembentukan awan hujan relatif menjadi lebih rendah, sehingga musim hujan akan menjadi lebih lambat sebagian besar terjadi pada bulan November.
Sebagai informasi, El Nino adalah fenomena pemanasan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik yang memicu penurunan curah hujan global. Sementara IOD atau Indian Ocean Dipole merupakan fenomena di Samudera Hindia yang disebabkan karena perbedaan anomali Sea Surface Temperature (SST) antara Pantai Barat Sumatera dengan Pantai Timur Afrika. Perbedaan anomali membentuk fase IOD positif (+) dan IOD negatif (-).
Fase positif dari fenomena IOD ini berdampak pada kekeringan berkepanjangan di wilayah Asia Tenggara dan Australia. Hal tersebut diakibatkan oleh rendahnya curah hujan yang disebabkan oleh rendahnya tingkat evaporasi di wilayah perairan Samudra Hindia bagian timur yang suhu air permukaan lautnya menurun.
"Akibat dari kondisi atmosfer yang relatif kering sehingga polutan yang udara sulit terdispersi dan tercuci oleh curah hujan sulit terjadi. Selain itu potensi kebakaran hutan dan Lahan di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa lebih sering terjadi," imbuhnya saat dihubungi detikcom, Jumat (30/9/2023)
"Suhu udara maksimum di wilayah Indonesia 10 hari terakhir terpantau mencapai 35 - 37 derajat celcius. Kondisi ini merupakan hal yang biasa dan normal terjadi pada musim kemarau dan periode peralihan musim," ucapnya lagi.
Lebih lanjut, Guswanto juga membeberkan sejumlah faktor yang memengaruhi kondisi suhu panas terik di Jabodetabek. Pertama, karena pemanasan sinar matahari cukup optimal yang terjadi pada pagi menjelang siang dan siang hari.
"Saat ini, posisi semu matahari (pada bulan September) berada tepat di atas khatulistiwa, sehingga penerimaan sinar matahari cukup merata di wilayah Indonesia termasuk di wilayah Jabodetabek," imbuhnya.
Selain itu, kondisi cuaca cerah dengan tingkat pertumbuhan awan yang minim turut memicu optimalnya pemanasan sinar matahari, sehingga radiasi matahari masuk tanpa ada halangan. Seperti diketahui bahwa pertumbuhan awan dapat menghalangi sinar matahari langsung ke permukaan bumi.
"Jadi sebenarnya kalau musim kemarau itu kan puncaknya masih September kan ini, El Nino itu hanya amplifikasi di mana curah hujan makin kurang, musim kemarau ya akhirnya jadi makin menurunkan lagi. Sedangkan El Nino masih diprediksi bertahan sampai 2024, tapi kemarau akan berhenti sampai di November karena musim hujan," imbuhnya lagi.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ternyata Ini Penyebab Jabodetabek Panas Banget saat Siang Hari Bak Neraka Bocor"