Foto: Getty Images/iStockphoto/Dzurag |
Wabah kutu busuk kini mulai menyerang Singapura. Laporan kasus kutu busuk terus berdatangan ke beberapa perusahaan pengendali hama di negara tersebut.
Menurut manajer penjualan perusahaan Aardwolf Pestkare, Pierce Chan, kasus ini telah meningkat sekitar 40 persen. Ia juga memprediksi, kasus ini akan terus meningkat hingga 20-30 persen di kuartal pertama 2024 jelang musim liburan.
Selaras dengan itu, ahli entomologi di perusahaan Pestbusters Joachim Lee juga mengungkapkan adanya peningkatan kasus kutu busuk selama enam bulan terakhir.
"Jumlahnya terus meningkat dan saya menduga jumlahnya mungkin masih sedikit meningkat, karena musim liburan sudah dekat," ungkap Lee yang dikutip dari Channel News Asia, Kamis (16/11/2023).
Perusahaan pengendali hama, seperti Aardwolf dan Pestbusters, memiliki berbagai cara untuk mengatasi serangan kutu busuk. Mereka akan memeriksa tempat-tempat seperti retakan pada lantai parket, sandaran kepala, bahkan batang kabel serta titik listrik. Lemari, sofa, dan laci juga merupakan tempat umum di mana kutu busuk bersembunyi.
"Efek sisa dari semprotan itu juga bisa mematikan sisa telur dari kutu busuk," beber Chan.
Namun, Lee mengingatkan ada hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kutu busuk. Terutama di lingkungan anak-anak, orang dengan kulit sensitif, dan lansia.
"Untuk mereka yang memiliki anggota keluarga lansia, anak kecil atau bayi atau orang dengan imunodefisiensi atau kulit sensitif di lingkungannya, kami secara tidak akan menggunakan bahan kimia untuk membasmi kutu busuk," kata Lee.
"Itu dapat menimbulkan dampak buruk di kemudian hari. Jadi, kami akan memberikan pembasmian dengan metode panas," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Wabah Kutu Busuk Mulai Serang Singapura, Ternyata Ini Penyebabnya"