Hagia Sophia

28 December 2023

Anak Usia 12 Tahun Idap Gangguan Makan yang Langka dan Ekstrem

Ilustrasi dirawat (Foto: Getty Images/iStockphoto/kan2d)

Seorang anak berusia 12 tahun di Pennsylvania, AS, mengidap gangguan makan yang langka dan ekstrem. Dia adalah Ella Witrock, mengidap kondisi medis yang membuatnya takut tersedak atau muntah, dan hanya mau makan sedikit saja.

Dikutip dari Daily Mail, Ella mengidap kondisi tersebut sejak berusia tujuh tahun. Pada saat itu, ia terpapar virus yang menyebabkannya mengalami syok septik, reaksi ekstrem tubuh terhadap suatu infeksi. Hal ini memicu reaksi berantai dan membawanya ke rumah sakit karena kegagalan organ.

Sejak saat itulah Ella sering keluar masuk rumah sakit. Ia juga mengalami trauma mengonsumsi makanan bahkan sempat memiliki berat badan kurang dari 40 pon atau setara 18 kg, dengan indeks massa tubuh (BMI) hanya 12,5.

Dokter mendiagnosis Ella mengidap Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID), yakni gangguan makan yang membuat pengidapnya sangat selektif saat memilih makanan. Kondisi tersebut seringkali menyebabkan kebutuhan kalori harian dan gizi pengidapnya tidak terpenuhi dengan baik.

Meskipun penyebab pastinya tidak jelas, kondisi ini biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan lain atau peristiwa traumatis yang melibatkan muntah atau tersedak. Biasanya terjadi pada anak-anak, meskipun orang dewasa juga bisa mengalami kondisi ini. Asosiasi Gangguan Makan Nasional memperkirakan hingga lima persen orang Amerika mengidapnya.

"Pengalaman itu benar-benar mempengaruhinya. Setiap kali dia sakit, dia akan sering muntah dan menjadi takut kenyang," kata Carolyn Witrock, ibunya Ella.

"Dia mengalami kekurangan gizi yang parah. Kami tidak bisa mengatakan "sakit" atau "muntah" di dekatnya. Dia sangat takut akan hal itu,bahkan hanya kata-katanya saja," imbuh Witrock.

Ella bahkan harus keluar dari sekolah lantaran tak tahan berada di kantin sekolahnya. Imbas kondisinya yang semakin memburuk, Carolyn kemudian mencoba menghubungi Focuses Approach, sebuah organisasi yang berspesialisasi dalam gangguan seperti ARFID.

Seorang konselor profesional berlisensi dan pendiri organisasi tersebut, Dena Kelly, pada saat itu memberi tahu keluarga Ella bahwa ia mengidap ARFID parah dan merekomendasikan terapi.

"ARFID sering kali disamakan dengan anoreksia dan bulimia, namun bisa berbahaya jika diperlakukan dengan cara yang sama," kata Kelly.

"ARFID memerlukan terapis pemberian makan khusus untuk memperbaiki gejala pada anak serta memfasilitasi perubahan perilaku bagi seluruh keluarga," lanjut Kelly.

Kelly yang langsung turun merawat Ella, memberi anak usia 12 itu pilihan makanan dan menerapkan sistem penghargaan. Setiap kali Ella makan, dia akan menerima hati, dan setelah dia mengumpulkan cukup banyak hati, dia bisa menggunakannya untuk mendapatkan boneka baru.

Dalam beberapa minggu menjalani terapi, Ella menunjukkan kemajuan yang signifikan. Ia bahkan bisa mengonsumsi sekitar 2.800 hingga 3.200 kalori sehari dan mencoba makanan baru, termasuk makanan favorit saat liburan seperti kue dan stroberi, serta sayuran. Berat badannya pun juga naik secara bertahap.

"Kecemasannya menurun drastis setelah kita melewati fase awal malnutrisi," kata ibu Ella.

"Dia sangat termotivasi sehingga dia mulai mencoba makanan lagi - dan begitu dia melihat dia tidak sakit, dia bisa terus makan makanan itu lagi dan lebih banyak lagi,"



























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kisah Anak 12 Tahun Idap Gangguan Makan Ekstrem, BB-nya Sempat Cuma 18 Kg"