Warga melakukan tes COVID-19. (Foto: Agung Pambudhy) |
Susul Singapura dan Malaysia, tren kasus COVID-19 di Indonesia dilaporkan meningkat signifikan. Dari semula berkisar 30 sampai 40 kasus dalam sepekan, saat ini kasus mingguan mencapai 267 pasien di periode 28 November hingga 2 Desember 2023.
Bukan tanpa alasan, peningkatan kasus COVID-19 dibarengi dengan kenaikan jumlah testing. Di sisi lain, ada dugaan varian baru yang memicu tingkat transmisi atau penularan lebih cepat dan lebih mudah menginfeksi.
"Ada beberapa faktor penyebab kenaikan kasus COVID-19, pertama adanya peningkatan kewaspadaan gejala pneumonia seperti yang merebak di China, salah satu yang juga diperiksa jika ada keluhan batuk, pilek, kan tes COVID-19, ini gejala awalnya sama, otomatis pasti terjadi peningkatan deteksi," tutur dr Nadia saat dihubungi detikcom Selasa (4/12/2023).
"Meningkatnya juga kewaspadaan di masyarakat, tetapi peningkatan ini bukan suatu hal yang harus dikhawatirkan karena kasus kematian, pasien yang dirawat atau sakit berat tidak ada perubahan, di bawah 5 kasus per minggu."
Bahkan, dr Nadia menyebut beberapa kali Indonesia mencatat nihil kasus kematian pasca status kegawatdaruratan COVID-19 dicabut beberapa bulan lalu. Sebagai kehati-hatian, masyarakat diminta untuk menunda terlebih dulu bepergian ke negara dengan catatan kasus COVID-19 tinggi.
Namun, bila keperluan pergi ke luar negeri dalam kebutuhan mendesak, sebaiknya tetap menjaga protokol kesehatan COVID-19. Pemerintah juga disebutnya memilih tidak menutup masuk kedatangan warga negara asing dari negara dengan lonjakan kasus COVID-19, lantaran statusnya tidak lagi berada di fase pandemi.
"Kita tidak perlu khawatir kemudian menutup pintu masuk, karena pandemi COVID-19 sudah dicabut dan setiap saat negara harus berdampingan dengan peningkatan kasus COVID-19 yang terus bisa bermutasi, tetapi dia lama-lama melemah," terang dr Nadia menegaskan mutasi tidak selalu membuat virus menjadi 'ganas'.
Meski begitu, pihaknya menekankan Indonesia tetap memantau kondisi WNA di Tanah Air, memastikan beraktivitas dengan aman tanpa berisiko memicu penularan COVID-19 meluas.
Indonesia dipastikan dr Nadia belum mendeteksi COVID-19 varian baru BA.2.86 yang belakangan disorot banyak negara. Namun, dua varian beredar di Indonesia serupa dengan yang dilaporkan Singapura yakni varian Eris EG.5 dan EG.2.
Alih-alih panik, masyarakat diminta untuk melengkapi vaksinasi booster bagi yang hanya baru menerima satu dan dua dosis vaksin COVID-19.
"Kalau dia sudah lengkap 4 kali booster, sudah cukup. Yang menjadi kekhawatiran kita baru satu kali, dua kali booster, itu yang kita anjurkan untuk dilanjutkan," terang dr Nadia.
Terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaitkan peningkatan kasus COVID-19 selalu berkaitan dengan dugaan varian baru.
"Ini karena ada varian baru sih, tapi saya rasa selama ada booster dan ada vaksinasi itu seharusnya aman," beber Menkes Budi ketika ditemui detikcom di Bekasi, Selasa (5/12).
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Bukan Cuma Varian Baru, Ternyata Ini Alasan Kasus COVID-19 di RI Ikut Melonjak"