Foto: Getty Images/Annice Lyn |
Bersamaan dengan Singapura dan Indonesia, Malaysia juga kini dihantam kenaikan kasus COVID-19. Melihat situasi saat ini, pemerintah kembali menganjurkan masyarakat Malaysia untuk kembali memakai masker, termasuk ketika beraktivitas di transportasi umum. Namun, hal ini masih bersifat anjuran, bukan kewajiban.
"Kebijakan atau aturan apa pun mengenai penggunaan masker hanya dapat ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Kementerian Perhubungan tidak akan menetapkan kebijakan sendiri (terkait penggunaan masker)," ungkap Menteri Transportasi Anthony Loke dikutip dari The Star, Selasa (19/12/2023).
"Sejauh ini tidak wajib (memakai masker saat berada di angkutan umum), kami hanya menganjurkan. Jadi terserah masyarakat," tuturnya lebih lanjut.
Di samping itu, Menteri Kesehatan Malaysia Datuk Seri Dr Dzulkefly Ahmad menyebut pemerintah tidak berencana menerapkan kembali pembatasan seketat saat puncak pandemi COVID-19. Walaupun, pihaknya tetap menyoroti lonjakan kasus COVID-19 yang baru-baru ini terpantau kembali terjadi di Malaysia.
Menurutnya, situasi COVID-19 di Malaysia saat ini masih terkendali. Begitu juga fasilitas tidak terbebani oleh lonjakan jumlah pasien yang memerlukan perawatan inap di rumah sakit.
Mengacu pada laporan Kementerian Kesehatan Malaysia, terdapat 20.696 kasus baru COVID-19 dalam sepekan terakhir, terhitung pada pada 10-16 Desember di negara tersebut. Total kasus ini naik dibandingkan jumlah kasus pada pekan sebelumnya yakni pada 3-9 Desember dengan jumlah sebanyak 12.757 kasus.
Dzulkefly Ahmad menyebut, terdapat peningkatan kasus COVID-19 mencapai 62,2 persen sepekan terakhir dibandingkan pekan sebelumnya. Sebanyak 97 persen dari total kasus adalah pasien berisiko rendah, yang artinya tidak mengalami gejala sama sekali atau hanya mengalami gejala ringan.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kasus COVID Tembus 20 Ribu Sepekan, Malaysia Tak Berencana Terapkan Pembatasan"