Ilustrasi darah. (Foto: PIxabay) |
Tim peneliti dari Occupational and Environmental Health Research IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melakukan studi terkait pajanan timbel pada tubuh manusia. Penelitian ini dilakukan di beberapa desa di Pulau Jawa dengan jumlah 564 responden anak-anak berusia 1-5 tahun.
Timbel atau timah hitam merupakan logam berat yang kerap digunakan sebagai bahan pembuatan baterai, produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa Polyvinyl Chloride (PVC), solder, bahan kimia, hingga pewarna. Dalam tabel periodik, timbel yang juga sering disebut timbal memiliki lambang Pb, singkatan dari Plumbum, memiliki nomor atom 82 dan termasuk golongan logam berat.
Lokasi riset yang dilakukan di Desa Kadu Jaya Tangerang, Cinangka Bogor, Pasarean Tegal, dan Dupak di Surabaya sebagai wilayah tinggi aktivitas warga yang melibatkan timbel, serta Desa Cinangneng Bogor sebagai wilayah kontrol. Proses pengumpulan data dilakukan pada Mei-Oktober 2023.
"Anak-anak berusia 1-5 tahun sangat rentan karena suka memasukkan barang ke dalam mulut, sehingga pajanan timbel ini berisiko lebih tinggi," ucap salah satu anggota dari tim riset dr Dewi Yunia, SpOk ketika ditemui di Jakarta Pusat, Rabu (10/1/2024).
"Penyerapan timbel pada anak itu bisa lebih tinggi 3-5 kali lebih besar daripada orang dewasa," sambungnya.
Dari riset tersebut ditemukan bahwa 9 anak yang memiliki memiliki kadar timbel darah lebih dari 65 µg/dL. Angka ini jauh di ambang batas kadar timbel darah yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 µg/dL. Untuk anak yang memiliki kadar timbel darah di atas 45 µg/dL, maka sudah dianjurkan untuk melakukan terapi perawatan. Berikut ini adalah rincian temuan dari riset tersebut:
- 0 - 3,5 µg/dL berjumlah 23 anak
- 3,5 - 5 µg/dL berjumlah 41 anak
- 5 - 10 µg/dL berjumlah 158 anak
- 10 - 20 µg/dL berjumlah 197 anak
- 20 - 45 µg/dL berjumlah 126 anak
- 45 - 65 µg/dL berjumlah 10 anak
- Lebih dari 65 µg/dL berjumlah 9 anak
"Dampak yang muncul dari responden, secara teori paparan di atas 20 µg/dL sudah mengakibatkan gangguan sel darah merah. 34 persen dari anak-anak yang di atas 20 µg/dL sudah mengalami anemia dan atau kurang darah," jelas dr Yunia.
Spesialis anak dr Ari Prayogo, SpA yang juga terlibat dalam penelitian mengungkapkan bahwa paparan timbel dapat memberikan efek berbahaya bagi tubuh anak. Dalam jangka waktu lama, paparan timbel dapat mengakibatkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak.
Anemia yang disebabkan oleh paparan timbel dapat berperan dalam terganggunya proses perkembangan kecerdasan anak.
"Ketika anemia, suplai nutrisi, oksigen, tidak dapat terdistribusi dengan baik ke sel tubuh. Nantinya sel tidak dapat berfungsi dengan baik dan anak tidak bertumbuh dengan optimal," jelas dr Prayogo dalam kesempatan yang sama.
"Timbel ini juga bisa berpengaruh pada otak sehingga dapat mengganggu perilaku, memori, dan gangguan keseimbangan," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "FKUI Bikin Riset Kadar Timbal Darah pada Anak di Jawa, Hasilnya Mengkhawatirkan"