Hari Kesadaran Anosmia diperingati pada 27 Februari. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Ls9907) |
Tanggal 27 Februari diperingati sebagai Hari Kesadaran Anosmia atau Anosmia Awareness Day. Momen ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyebab dan cara mengatasi anosmia, yakni kondisi yang membuat seseorang kehilangan kemampuan penciuman.
Anosmia dapat disebabkan berbagai macam faktor. Dalam beberapa waktu terakhir, anosmia kerap identik dengan COVID-19. Namun sebenarnya, ada sejumlah penyakit lain yang dapat memicu kondisi tersebut.
Apa saja kondisi medis yang bisa menyebabkan anosmia? Dikutip dari berbagai sumber, berikut pembahasannya.
1. Hidung tersumbat
Umumnya, anosmia disebabkan oleh adanya sumbatan pada hidung. Salah satu kondisi yang sering menjadi pemicu adalah hidung tersumbat (nasal congestion).
Hidung tersumbat disebabkan oleh iritasi pada lapisan jaringan di dalam hidung. Iritasi tersebut kemudian memicu peradangan, bengkak, dan produksi lendir yang menghambat aliran udara di hidung. Akibatnya, seseorang dapat kehilangan kemampuan mencium bau sebagian atau total.
Umumnya, anosmia akibat hidung tersumbat bersifat sementara dan hilang seiring sembuhnya penyakit.
2. Influenza
Influenza atau flu juga dapat menyebabkan gejala berupa anosmia. Influenza dapat menyebabkan peradangan dan penyumbatan lendir pada hidung, sehingga memengaruhi kemampuan untuk mencium bau.
Selain itu, infeksi virus influenza juga dapat memengaruhi olfactory bulb, yakni bagian pada otak yang mengatur penciuman. Jika bagian ini mengalami peradangan atau kerusakan, maka juga dapat mengurangi indra penciuman seseorang.
3. Polip hidung
Polip hidung adalah jaringan lunak yang tumbuh di saluran hidung atau sinus. Biasanya, jaringan ini bersifat jinak dan tidak menyebabkan kanker.
Polip hidung umumnya dialami oleh pengidap asma, alergi, infeksi atau peradangan saluran pernapasan. Pada beberapa kasus, polip hidung dapat menyebabkan kerusakan pada tulang rawan hidung atau tulang lain di wajah. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan penciuman dan memicu anosmia.
4. Tekanan darah tinggi
Selain sumbatan, anosmia juga dapat dipicu oleh kerusakan pada saraf di hidung. Salah satu kondisi yang bisa menyebabkan kerusakan tersebut adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Tekanan darah tinggi yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf yang dilaluinya. Jika kerusakan terjadi pada saraf di hidung, maka ini dapat memengaruhi indera penciuman.
5. Tumor otak
Meski langka, anosmia juga bisa disebabkan oleh tumor otak. Ini terjadi ketika tumor tumbuh di lobus frontal, temporal, atau parietal otak.
Tumor yang tumbuh di lobus frontal dapat menyebabkan kehilangan penciuman yang juga disertai kesulitan berbicara dan berkonsentrasi. Tumor pada lobus temporal dapat menimbulkan sensasi bau aneh. Sedangkan, tumor yang tumbuh di lobus parietal dapat memengaruhi kinerja otak dalam mengumpulkan informasi dari indera, termasuk penciuman.
6. Alzheimer
Anosmia dapat menjadi salah satu gejala awal penyakit alzheimer. Sebuah studi menemukan orang-orang yang mengalami gangguan penciuman memiliki risiko lebih tinggi mengidap alzheimer dalam waktu lima tahun ke depan.
Diduga, anosmia pada alzheimer disebabkan oleh plak amiloid dan belitan neurofibriler (neurofibrillary tangles). Para peneliti memperkirakan, sebelum memicu kerusakan pada otak, plak amiloid dan belitan neurofibriler terlebih dahulu menyerang sistem penciuman.
7. Penyakit Parkinson
Anosmia menjadi salah satu gejala umum yang dialami oleh pengidap penyakit parkinson. Dikutip dari laman Parkinson UK, sekitar 95 persen pasien penyakit parkinson mengalami masalah penciuman. Anosmia juga merupakan salah satu gejala awal penyakit parkinson sebelum pengidapnya mengalami gangguan mobilitas.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Nggak Cuma COVID, Ini 7 Penyakit yang Bisa Menyebabkan Anosmia"