Ilustrasi pasien. (Foto: iStock) |
Susi, bukan nama sebenarnya, wanita paruh baya yang menjadi pendamping pasien tumor di RSCM menyesal tak bisa ikut mencoblos. Apa mau dikata, dirinya juga tidak bisa masuk ke dalam daftar pemilih tetap (DPT) di 'TPS khusus' yang disediakan RSCM lantaran harus mengurus persyaratan perpindahan minimal 7 hari sebelum pemilihan.
Sementara anaknya, baru dua hari lalu masuk RS dan kembali menjalani perawatan intensif lantaran kondisi dilaporkan 'drop'. Dirinya berdomisili di Karawang dan harus menunggu sang anak selama 24 jam sehingga tidak mungkin untuk bolak-balik RS.
Anak Susi memiliki tumor di tenggorokan. Sempat dioperasi Desember tahun lalu, tetapi dokter kemudian kembali menemukan tumor yang sudah menjalar ke bagian leher atas.
"Dulu sempat sekali sudah operasi pengangkatan kan, Desember, itu operasinya sampai 15 jam, ternyata sekarang ada masalah lagi, posisinya lagi nggak sadarkan diri anak saya," ceritanya saat ditemui detikcom Rabu (14/2/2024).
Susi bercerita jika tahun ini, anaknya genap berusia 20 tahun. Seharusnya, ini menjadi momen pertama bagi si anak untuk mengikuti pemilu. Susi menceritakan bagaimana antusiasme anaknya saat tiga hari sebelumnya tampak masih dalam kondisi baik-baik saja.
"Anak saya harusnya tahun ini nyoblos, pas sekali usianya 20 tahun, sudah minta diajarin kemarin gimana cara nyoblosnya, kertas-kertasnya dilihat," cerita Susi.
"Makanya. kalau saya ingat gimana dia happy-nya mau nyoblos, saya nggak kuat, kalau dia sadar sekarang dia pasti ikut nyoblos," sambung dia.
Nasib serupa dialami wanita asal Sukabumi yang tidak bisa ikut menyoblos karena harus mendampingi anaknya yang mengidap kanker usus.
"Sudah tiga minggu sebenarnya di sini. Tapi yasudah nggak ngurus, karena gimana namanya juga nggak kepikiran," tutur Ira, saat ditemui detikcom Rabu (14/2).
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Curhat Keluarga Pasien Kanker Gagal Nyoblos di RS karena Tak Sempat Urus Syaratnya"