Hagia Sophia

23 March 2024

Komet Setan Bisa Diamati dengan Mata Telanjang di Akhir Maret

'Komet Setan' Bakal Lewati Bumi Akhir Maret. Foto: via Daily Mail

Astronom merilis gambar menakjubkan 'komet setan' yang ukurannya setara Gunung Everest. Gambar-gambar ini menunjukkan bola es raksasa menyembunyikan pusaran gas merah, hijau, dan biru di sekitar inti esnya.

Bentuk spiral yang terlihat seperti simbol yin dan yang, disebabkan oleh komet yang mengeluarkan aliran cryomagma saat berputar dan karena melakukan rotasi penuh dalam waktu dua minggu. Pancaran es tersebut terpelintir menjadi pusaran seperti yang terlihat pada gambar.

Pengamat bintang dapat melihat komet tersebut dengan mata telanjang pada akhir bulan Maret dan selama fenomena gerhana Matahari tanggal 8 April. Mereka yang berada di daerah yang jauh dari lampu kota dan polusi cahaya, dapat melihat dengan jelas komet tersebut di langit malam.

Astrofotografer Jan Erik Vallestad menangkap gambar close-up menggunakan perangkat lunak khusus untuk memperbesar area koma komet, istilah ilmiah untuk awan debu es.

Gambar close-up Komet Setan. Foto: Jan Erik Vallestad via Daily Mail

Disebut Komet Setan

Komet yang diberi nama 12P/Pons-Brooks ini dikenal sebagai 'komet setan'. Julukan ini ia dapatkan sejak tahun lalu ketika sebuah foto menangkapnya dengan bentuk tapal kuda di puncaknya yang menyerupai tanduk.

Namun gambar terbaru Vallestad, yang diambil dari Norwegia, memberikan gambaran lebih rinci tentang Pons-Brooks saat ia bergerak lebih dekat ke Matahari.

Dia menjelaskan bahwa sebagian besar astronom berfokus pada ekor komet, yang bertambah panjang setiap malam, namun Vallestad memutuskan untuk fokus pada inti komet.

"Saya hanya fokus pada inti komet, mengabaikan hampir semua hal lainnya. Banyak astronom percaya ledakan komet adalah tanda aktivitas kriovolkanik. Jadi ini mungkin menjadi bukti lebih lanjut mengenai hal tersebut," kata Vallestad seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (22/3/2024).

Komet tersebut memiliki lebar 16 km dan mengalami kobaran api seperti gunung berapi secara berkala yang membuatnya bersinar 100 kali lebih terang dari biasanya saat mendekati Matahari.

Pons-Brooks hanya bisa dilihat dengan teleskop, teropong, atau melalui foto eksposur panjang menuju konstelasi Pisces di sore hari.

Aktivitas kriovolkanik terjadi ketika sebuah komet mengalami letusan es dan gas mirip gunung berapi. Radiasi Matahari komet menyebabkan retakan pada intinya yang terdiri dari batuan, debu, dan gas beku, retak dan menyemprotkan air, amonia, dan metana, yang disebut cryomagma, dari intinya ke luar angkasa.

Astrofotografer yang berbasis di Latvia, Juris Sennikovs, juga meniru teknik Vallestad untuk menemukan lokasi spiral. "Setelah melihat gambar dari Jan Erik Vallestad, saya memproses gambar Komet 12P/Pons-Brooks saya dengan cara yang sama," kata Seņņikovs.

"Saya sangat terkejut, saya juga mendapatkan spiral di sekitar inti komet. Tanpa pemrosesan, seseorang dapat dengan mudah melewatkan struktur ini," tambahnya.

Mereka yang ingin melihat komet ini sekarang, ujarnya, dapat melakukannya dengan melihat ke arah barat langit malam menuju Square of Pegasus.

Dalam beberapa minggu mendatang, ia akan bergeser ke arah konstelasi Aries dan jika menyala, ia akan menjadi sangat terang sehingga dapat dilihat tanpa teleskop.

"Peningkatan kecerahan komet setan mungkin disebabkan oleh es yang merasakan hangatnya Matahari untuk pertama kalinya, berubah menjadi fase gas dan keluar dari inti, menyeret debu atau es lain bersamanya," kata Lori Feaga, seorang profesor yang mempelajari komet di University of Maryland.

Pons-Brooks pertama kali ditemukan oleh astronom Prancis Jean-Louis Pons pada tahun 1812 dan pada tahun 1883 oleh William Brooks, yang memberikan namanya, meskipun para astronom mengatakan ada bukti bahwa komet tersebut terlihat sejak tahun 1385.

Komet ini terakhir kali terlihat 71 tahun yang lalu ketika ia melakukan perjalanan dekat dengan Matahari dan akan terlihat di Belahan Bumi Utara hingga awal Mei, ketika ia mulai memudar namun akan tetap terlihat di Belahan Bumi Selatan hingga bulan Juni.

"Sangat menarik untuk dipelajari selama 'kunjungan' ini karena kita hanya mendapat kesempatan setiap 70 tahun sekali, dan perkembangan teknologi serta teleskop telah meningkat pesat sejak kemunculan terakhirnya," kata Feaga.

"Pada 'kunjungannya' kali ini kita seharusnya bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang susunan kimiawi komet tersebut," tutupnya.


























Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Komet Setan Bakal Lewati Bumi Akhir Maret"