Hagia Sophia

29 December 2022

BMKG Sebut Cuaca Ekstrem Timbulkan Dampak Bencana Hidrometerologi, Apakah Artinya?

Apa Itu Bencana Hidrometeorologi yang Disebut BMKG Akibat Cuaca Ekstrem. Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis adanya potensi cuaca ekstrem di sebagian wilayah Indonesia selama 28-30 Desember 2022 pada Selasa (27/12). Cuaca ekstrem tersebut berpeluang menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi.

Berdasarkan prakiraan berbasis dampak Impact-Based Forecast (IBF), daerah yang ditetapkan berstatus 'Siaga' pada periode tanggal tersebut yaitu sebagian Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT.

"Wilayah tersebut diprakirakan dapat mengalami hujan lebat yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta seperti dikutip dari siaran pers BMKG.

Dampak yang dapat terjadi, kata Dwikorita, diantaranya adalah volume aliran sungai berpotensi meningkat drastis sehingga dapat mengakibatkan potensi banjir dan banjir bandang. Selain itu, besar kemungkinan hujan lebat tersebut mengakibatkan potensi tanah longsor, guguran bebatuan, atau erosi tanah, terutama di daerah-daerah dataran tinggi dan lereng-lereng perbukitan dan gunung.

Karenanya, lanjut dia, BMKG mengimbau kepada pemerintah daerah setempat dan masyarakat yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai dan wilayah perbukitan untuk lebih waspada dan meningkatkan kesiap-siagaan. Terutama jika hujan lebat terjadi dalam intensitas yang cukup lama.

Bencana hidrometeorologi

Dikutip dari National Geographic, Kamis (29/12/2022) bencana hidrometeorologi adalah bencana yang disebabkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti suhu, tekanan, curah hujan, angin, kelembapan, dan yang lainnya. Contoh bencana ini seperti yang sudah disebutkan di atas, meliputi banjir, kekeringan, badai, dan tanah longsor.

Meningkatnya bencana hidrometeorologi juga diperparah oleh kerusakan lingkungan akibat ulah manusia (antropogenik) dan faktor perubahan iklim. Khusus untuk banjir, longsor, dan puting beliung, penyebab dominannya lebih ke antropogenik.

Eksploitasi lingkungan dan sumber daya alam, perluasan lahan, serta perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan atau sawah pertanian dan permukiman tanpa diikuti kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, menyebabkan bencana jadi lebih sering terjadi.

Tak hanya banjir dan longsor, kepadatan penduduk juga menyebabkan perubahan tekanan udara sehingga berpeluang terjadi angin puting beliung karena udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.

Laporan dari Global Humanitarian Forum mengatakan, bencana hidrometeorologi akan menjadi ancaman terbesar manusia pada tahun-tahun mendatang. Apalagi ditambah dengan pemanasan global yang berdampak pada menghangatnya suhu dan mencairnya es di kutub.

Perubahan iklim menjadi penyebab meningkatnya bencana hidrometeorologi karena secara nyata telah mempengaruhi terjadinya perubahan watak hujan dan cuaca. Tidak hanya polanya, tapi intensitas, durasi, dan sebaran curah hujan juga berubah.

Untuk mengatasi bencana hidrometeorologi, perlu dilakukan pengembangan teknologi, pemantauan dan prediksi kebencanaaan, penyusunan tata ruang yang sesuai tingkat kerentanan bencana, serta kampanye untuk peningkatan pemahaman dampak dan pengurangan risiko bencana.

Bencana hidrometeorologi di Indonesia

Sementara itu, Deputi Meteorologi BMKG Guswanto menerangkan bahwa potensi ekstrem ini dipicu oleh aktifnya sejumlah fenomena dinamika atmosfer di sekitar wilayah Indonesia yang berpotensi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah.

Di antaranya, peningkatan aktifitas Monsun Asia yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

Selain itu, kata dia, meningkatnya intensitas fenomena 'cold surge' atau serakan dingin yang disertai dengan potensi arus lintas ekuatorial sehingga aliran massa udara dingin dari Asia memasuki wilayah Indonesia juga dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.

Dinamika atmosfer lainnya, lanjut Guswanto, yaitu adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif dan berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi, peningkatan kecepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di perairan sekitarnya.

Dan fenomena lainnya yang signifikan, tambah dia, yakni terpantaunya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang aktif bersamaan dengan fenomena gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial, dimana kondisi tersebut berkontribusi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan timur.

"Kepada masyarakat, kami imbau untuk tidak panik tetapi tetap waspada, dan terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG. Pangkas dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang," pungkasnya.





















Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Apa Itu Bencana Hidrometeorologi yang Disebut BMKG Akibat Cuaca Ekstrem"